Selasa, 01 Desember 2015

SWAGATAM KATHMANDU




Rasa kantuk di dalam kursi pesawat tiba-tiba hilang ketika pilot mengumunkan bahwa pesawat akan mendarat di bandar udara internasional Tribhuvan. Saya bergegas melihat keluar jendela pesawat untuk melihat dataran tinggi ini. Jantung berdebar-debar saat pesawat mulai turun. Ya ini pertama kalinya saya menginjakan kaki di negri ini, negeri dimana Sidharta Gautama lahir, negri yang menjadi gerbang menuju puncak dunia, Himalaya.

Ucapan selamat datang di Bandara Tribhuvan, Kathmandu


"Welcome to the birth place of Lord Buddha"

Tulisan diatas menyapa semua penumpang yang turun dari pesawat. Saya masih belum percaya kalau saya sudah sampai disini, apalagi ini negara dimana Buddha lahir dan melakukan perjalanan spiritualnya.

"Swagatam", Selamat datang di Kathmandu kota yang menjadi persinggahan pertama saya di Nepal. Ibu Kota dari beberaga generasi kerajaan Nepal hingga sekarang setelah menjadi Negara Republik. Disini saya akan meringkas beberapa hal tentang Kathmandu.

DEBU

Jalanan Kathmandu yang penuh debu pasir dan asap kendaraan

Kathmandu adalah kota yang sangat berdebu pasir. Perubahan udara sangat terasa ketika keluar dari bandara, tiba-tiba tenggorokan sakit. Paling tersiksa ketika siang, suasana kota sangat berdebu, terik dan membuat mata perih. Di kota ini wajib memakai masker dimanapun.

KABEL LISTRIK

Jaringan kabel listrik yang rumit

Jaringan kabel listrik yang lebih rumit

Awalnya saya fikir kabel listrik paling berantakan cuma ada di kota-kota di Indonesia, ternyata saya salah. Kabel listrik di Kathmandu ajaib berantakannya. Ketinggian kabelnya pun ada yang sampai mengenai kepala. Satu tiang listrik bisa menopang puluhan bahkan ratusan untain kabel yang sangat tidak beraturan.

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LAMBAT

Jalan raya

Untuk seukuran kota besar, pertumbuhan pembangunan di Kathmandu sangat lambat, terutama dari segi infrastruktur. Banyak jalan raya dan highway yang belum rampung dan juga kondisi jalan yang buruk dengan saluran air yang buruk juga. Apabila hujan besar genangan air bisa saja menerjang dari atas bukit.

KRISIS EKONOMI

Antrian kendaraan di depan pom bensin, kendaraan ini sudah 3 hari diparkir dan antrian masih belum bergerak


Semenjak banyak ketegangan politik di Nepal pertengahan tahun 2015, India menutup seluruh pintu perbatasannya dan mengakibatkan terhentinya jalur logistik kedalam negara ini, termasuk bahan bakar minyak. Antrian kendaraan di depan pom bensin tak bisa dihindarkan, harga-harga melonjak naik dan listrik diberi jatah pada setiap rumah. Dengan pendapatan perkapita yang rendah dan ditambah dengan krisis mengakibatkan masyarakat di lembah Kathmandu banyak yang hidup sengsara.

BANGUNAN BATA

Kathmandu dari atas bukit

Jalan sempit di kawasan Thamel, Kathmandu
Entah mengapa kebanyakan bangunan di Lembah Kathmandu, bahkan di seantero Nepal seperti tidak diselesaikan dan selalu menyisakan tembok bata. Apa mungkin karena bahan finishing seperti cat tembok harganya mahal. Pemandangan ini membuat kota Kathmandu terlihat sangat merah disiang hari dan menyerupai kota yang kumuh. Rata-rata rumah di Nepal memiliki jumlah diatas 5 lantai dan ini mengakibatkan jalan atau gang di bawahnya menjadi gelap. Tetapi kekumuhan Kathmandu mempunyai keindahan tersendiri, kalau kata teman saya "kumuh yang fotogenik".

ARSITEKTUR

Temple di Kathmandu Durbar Square

Temple di Patan Durbar Square

Di Kota ini saya merasa waktu tidak berjalan sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Hal ini sangat terasa dari suasana kota nya, sangat tua, sangat antik dan semuanya dikemas dengan romantisme yang baik. Walaupun kota ini baru saja diguncang gempa besar, tetapi Kathmandu cepat bangkit dan kembali memperlihatkan keanggunannya dari segi arsitektur. Bangunan-bangunan khas Newari dan Tibet terlihat megah menjulang. Beberapa bangunannya mengingatkan saya dengan Meru di Bali. Ya Kota ini menyimpan energi yang dahsyat dan tak lekang dimakan oleh waktu

PADAT PENDUDUK

Suasana di sekitar Kathmandu Durbar Square

Kota Kathmandu memiliki jumlah penduduk 3,2 juta jiwa, dan jumlah ini hanya di Kota Kathmandu saja. Bayangkan apabila dijumlah semua penduduk di Lembah Kathmandu yang terdiri dari Kota Kathmandu, Lalitpur dan Bhaktapur. Kepadatan akan terasa pada saat pagi ketika semua orang mulai beraktifitas di tempat bisnis.


RAMAH

anak-anak di Lalitpur, Patan.

Sebetulnya dia Naya teman saya, tapi karena mukanya kaya orang Nepal, anggap aja foto senyuman warga lokal ya :) 

Penduduk Kathmandu sangat ramah, hampir disetiap sudut jalan mereka selalu membalas senyuman. Berjalan-jalan dipasar saya merasa seperti orang lokal yang kadang selalu diajak berbicara bahasa lokal. Rata-rata hotel di kota ini adalah industri rumahan yang dikelola oleh keluarga, jadi menginap di hotel serasa menginap di homestay karena kita akan dilayani oleh keramahan keluarga.

MAKANAN

Momo

Vegetarian Nepali Thali

Awalnya saya pikir makanan di Kathmandu akan didominasi oleh Kari India, ternyata saya salah besar. Banyaknya budaya di kota ini sekaligus membawa kuliner yang beragam dan enak. Yang paling saya suka adalah Momo, sejenis dumpling khas Tibet yang dikukus sampai matang. Rasanya hampir mirip dengan Gyoza di Jepang tapi dengan bumbu yang sedikit berbeda. Makanan ini sangat cocok apabila udara dingin tiba-tiba menerpa di malam hari. Kathmandu adalah surga bagi penggemar makanan vegetarian.


SPIRITUAL

Salah satu temple kecil di sudut Thamel, Kathmandu

Stupa besar di salah satu sudut di Thamel, Kathmandu

Di Kathmandu banyak sekali temple dan monastery yang tersebar di seantero kota. Setiap sudut jalan pasti ada tempat pemujaan baik itu agama Hindu maupun Buddha. mantra-mantra indah selalu dikumandangkan setiap hari. Tempat ini sangat ajaib, dengan segala aliran kepercayaannya semua penduduknya bisa hidup rukun dan damai. Wangi-wangian dari persembahan pun menyeruak dan memberikan aroma yang enak. Selain itu kita bisa menemukan bendera doa dimana-mana, untaian kain yang dicetak dengan doa dan digantung agar angin bisa menyebarkan energi positifnya ke seantero negri.



Saya dan Stupa Swayambhunath

Diluar deri segala keberantakannya, Kathmandu memberikan kesan yang sangat baik bagi sejarah hidup saya terutama dari segi spiritual. Disini saya melihat bagaimana masyarakat berjuang hidup dari kemiskinan tanpa meninggalkan hakikatnya sebagai manusia dihadapan Tuhan. Hidup berdampingan diantara perbedaan keyakinan dan tetap ramah kepada semua pendatang. Aura positif di kota ini mungkin bisa saya sejajarkan dengan di Bali dan saya banyak dipertemukan dengan orang baik disini. Semoga kelak anak cucu saya bisa mengunjungi Kathmandu suatu saat nanti.


Kathmandu, Nepal
14 Oktober 2015






14 komentar:

  1. kalo masalah kabel listrik sepertinya di Thailand juga sama riwehnya.mirip rambut keriting yg gak pernah disisir. so far, nepal is one of my "dream" destination..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tipikal kota di Asia ya :) ... Harus coba ke Nepal Baroezy, minimal sekali seumur hidup. Banyak dapet nilai-nilai hidup dan cerita buat anak cucu ..hehe

      Hapus
  2. Salah satu yg khas yang saya suka dari Nepal adalah umbul-umbul / bendera warna-warni yg digantung itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Akbar, bendera mantra/doa jadi cirikhas Budda Tibetan di Nepal. saya beli beberapa untaian buat dipasang di rumah, semoga energi positifnya bisa menyebar ke rumah dan lingkungan sekitar :)

      Hapus
  3. Wah ternyata Nepal tidak seteratur yang saya bayangkan. Meski demikian postingnya bikin saya makin pingin ke Nepal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Arina, Iya harus banget ke Nepal.. Justru ketidakteraturannya yang membuat Nepal unik ditambah aura dan suasananya yang bagus jadi nilai tambah, terutama suasana religius dan spiritualnya. Hal baru dan berbeda dengan indonesia :).

      Hapus
  4. parah kabel listriknyaaa! hahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha parah ya Ulu. tapi ini tipikal kaya di Vietnam juga katanya :)

      Hapus
  5. Wah ini ditulisnya pas ulangtahun gw #penting :)) btw paling gong itu yang mobil parkir 3 hari buat beli bensin yah, wow banget. Gak sabar dengerin semua cerita2 lengkapnyaa terutama pengalaman2 spiritual selama syuting Homa! After Dec 20 yah kita ketemuan! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wihhhh 14 Oktoberrrrrrr.... Ayo Ilma, ketemu sebelum ditinggal S3 ke UK dalam waktu yang lama. Atau kalo ada rezeki nanti gw samperin kesana. hehe

      Hapus
  6. Suka banget lihat foto-fotonya. Senang sekali bisa tersesat di blog ini :) salam kenal, mas Galih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah salam kenal juga Mas Haryadi. Saya selalu baca perjalanan Omnduut yang seru :). Terimakasih sudah mampir ke Blog saya.

      Hapus
  7. Jd pgen solo backpacking ksana..
    Punya kawan disana tp msih ga tau klo first tiba dsana harus ngapain dulu.
    Hehe

    BalasHapus
  8. kathmandu dari atas bukit terlihat sangat bagus

    aktivasi kartu ponta

    BalasHapus