Senin, 28 Juli 2014

FUJI-Q HIGHLAND, SURGANYA PECINTA ROLLER COASTER



Sesuai dengan judul diatas, tempat ini memang jadi surganya pecinta roller coaster di dunia... ya, dan akan jadi neraka bagi pembenci roller coaster...

Pagi-pagi saya sudah dibangunkan dengan dengan teman saya yang loncat-loncat kegirangan.. "ayo bangun .... ayo bangun .... " sambil sumringah. Ah hari ini memang hari yang ditunggu-tunggu dia, tapi tidak dengan saya. Sedari awal menapakan kaki di Jepang, justru saya tidak ingin hari ini cepat terjadi.
Kami pun pergi ke stasion kereta terdekat berdesakan dengan karyawan seluruh Tokyo menuju ke Shinjuku, lalu ganti kereta menuju ke Otsuki dan ganti lagi dengan kereta khusus menuju ke Fuji-Q, total waktu yang ditempuh 2,5 jam.

Oh iya, perkenalkan teman saya, Febian. Dia punya obsesi menaklukan roller coaster karena waktu kecil dia pernah ke Kings Dominion di Amerika dan tidak bisa naik apa-apa karena masih pendek. Kekesalannya itu dia tumpahkan sekarang ketika sudah besar. Belum puas tahun lalu naik Steel Dragon 2000 di Nagashima sekarang motivasi kembali ke Jepang hanya untuk menaklukan roller coaster lainnya di Fuji-Q Highland yang lebih ekstrim.

Febian memaksa saya untuk ikut ke Fuji-Q sebagai ganti karena hari-hari sebelumnya dia dengan terpaksa ikut saya ziarah arsitektur modern di Tokyo dan Osaka. Dia membenci museum dan seni, padahal dulunya lulusan sekolah seni ternama di Bandung. Sekarang giliran saya yang jadi korban untuk ikut dia ke Fuji-Q .

Febian dengan senyum penuh kelicikan dan kemenangan karena berhasil membawa saya menuju Fuji-Q

Sebagai orang yg dibesarkan di Bandung, pengalaman saya dengan roller coaster sangat cetek. Semasa kecil saya hanya tau roller coaster kecil "Si Ulil" di Kings Shoping Center. Udah agak besar baru naik tingkat ke Halilintar di Dufan Jakarta, itupun rasanya udah puas. Baru belakangan ini coba Yamaha Racing Coaster di Trans Studio Bandung, itupun penasaran naik karena liat ada Nikita Mirzani ikutan ngantri. Pengalaman yang cuma segitu-segituntya ini yang menurut saya belum bisa untuk langsung naik tingkat menaklukan roller coaster di Fuji-Q yang konon memiliki 4 roller coaster ter-seram di dunia. Satu-satunya motivasi saya untuk ikut ke Fuji-Q adalah Evangelion World.

Ulil, roller coaster mini di Kings Bandung

Oke, nasi sudah menjadi bubur, kereta yang kami tumpangi akhirnya sampai di stasion khusus Fuji-Q, lalu kami membeli tiket terusan seharga masing-masing 5.200 Yen. Jantung mulai berdegup kencang "Oke, kita selesaikan semuanya dengan cepat hari ini, lalu pulang dan besok saya akan kembali menikmati sisa-sisa hari saya di Jepang dengan bersantai di Kyoto"

Kebanyakan orang Indonesia apabila ke Jepang pasti yang terlintas pertama kali adalah Tokyo Disneyland, Tokyo Disneysea atau Universal Studio Osaka, padahal Jepang memiliki puluhan Theme Park kelas dunia yang tersebar di penjuru negri. Ya Jepang adalah negara yang memiliki Theme Park terbanyak ke-2 di Dunia setelah Amerika Serikat. Booming ekonomi Jepang tahun 70-80 an membuat pembangunan di negri ini meningkat drastis, tak terkecuali taman rekreasi. Semua yang ada di Amerika pasti akan dibuat juga di Jepang. Salah satu yang menjadi kiblatnya untuk rekreasi menantang adrenalin adalah Fuji-Q Highland, taman bermain yang memiliki beragam roller coaster dan wahana ekstrim.

Fuji-Q Highland adalah nama lain dari Fujikyu, resort hotel, pemandian air panas dan taman hiburan yang terletak di Fujiyoshida, kaki Gunung Fuji. Berawal dari tempat liburan musim dingin dengan arena ring es skating sekarang tempat ini menjelma jadi taman hiburan luas dengan berbagai atraksi dan dibuka sepanjang musim. Kelebihan lain tempat ini adalah apalagi kalau bukan pemandangan Gunung Fuji yang jelas tampak dekat di depan mata.

Fuji-Q Highland dan Gunung Fuji


Akhirnya saya dan Febian masuk ke arena, kami diberikan tiket terusan yang bisa digunakan untuk semua wahana. "Oke, sekarang kita naik roller coaster yang mana dulu nih..." tanya Febian. "Hah. langsung naik ?! ... Pemanasan dulu lah... naik yang levelnya ecek-ecek dulu" jawab saya.

Yang ecek-ecek ? hmmm oke pilihan saya jatuh kepada Tondemina

TONDEMINA


Buset, tinggi juga ya

Cara kerja nya sebetulnya sama seperti Giant Swing di Trans Studio, tapi dengan skala empat kali lebih besar. Ya, ternyata skala menentukan sensasi. Baiklah, saya salah.... ternyata ini jauh sekali dari yang namanya ecek-ecek... begitu duduk di kursi kita langsung dihempaskan tinggi ke langit dan diayun sambil diputar dari ketinggian 30 meter lebih. Geli nya bikin darah dari kaki serasa langsung mengalir ke ubun-ubun kepala ditambah lagi dengan durasinya yang cukup lama.




Begitu selesai kepala langsung pusing.... "Oke sekarang kita makan dulu ya, gara-gara ini perut jadi lapar" (lah apa hubungannya dengan lapar ?, sebenernya saya cuma memperlambat waktu biar gak langsung naik roller coaster). Akhirnya kami makan di kedai pasta di sebelah Tondemina. 

Makan sudah selesai dan Febian langsung memasang muka setan sambil bilang "Oke, sekarang udah gak boleh banyak alasan ayo kita naik DODONPA...."

DODONPA

Dodonpa

Dodonpa adalah roller coaster yang sistemnya kereta dihempaskan dengan tekanan udara sehingga bisa langsung melaju dengan kecepatan 172 km/jam dengan track yang lurus sepanjang 1.2 km dan satu menara tanjakan turunan setinggi 52 meter ditengahnya. Saking cepatnya kereta melaju suara yang dikeluarkan seperti mesin jet. Roller coaster ini pernah dinobatkan menjadi yang tercepat di dunia tahun 2001 dan roller coaster dengan kecepatan akselerasi tercepat di dunia hingga sekarang, itu berarti percepatan dari titik 0 km/jam hingga 172 km/jam hanya berlangsung cepat dalam hitungan 1 detik saja. 

Oke, informasi diatas sudah cukup bikin saya ngeri. selama antri saya hanya diam dan sesekali mual mendengar suara mesin jet dan teriakan penumpang lain. Febian terlihat sumringah sambil nyanyi-nyanyi theme song wahana ini yang terdengar aneh. semakin mendekati akhir antrian saya semakin mual.

Dan akhirnya sampailah pada giliran yang tidak dinanti-nanti......

Saya duduk....

Gemetaran, tapi pura-pura tenang.... 

Pramugari wahana mulai mengecek dan menurunkan hidrolik pengaman yang hanya sampai batas paha. "Hah, untuk wahana secepat ini pengamannya cuma nahan paha aja, gak pake pengaman yang melintang di dada ?!" mulai panik. 

Kereta mulai bergerak masuk kedalam terowongan peluncuran.... dan aba-aba hitungan mundur langsung dimulai....

5.....
4.....
3.....
2......
1..... 
Whuuuuuuuuuuzzzzzzzzzzzzzzzzz...............................

Yang dibayangkan orang ketika naik wahana ini 
Yang saya rasakan ketika naik wahana ini



Saking cepatnya roller coaster ini saya langsung ngerasa alat pencernaan saya keluar semua, pandangan mendadak blur dan gelap karena kelopak mata bergetar. Sensasi geli nya sama kaya waktu pertama kali mimpi basah... ya gelap, tapi geli.... tapi gelap,.... tapi geli.... tapi gak mau berenti... tapi gelap.... tapi geli... dan kereta pun menanjak menaiki tower setinggi 52 meter lalu turun lagi dengan cepat.... ya gelap lagi..... geli lagi.... daaan akhirnya sampai diujung rell.... semua ketawa, semua senang.... apalagi saya, akhirnya satu penderitaan telah terlewati. 

Belum sempet narik nafas secara normal, teman saya langsung lari ambil antrian di wahana di sebrang. Ya, FUJIYAMA

FUJIYAMA

Fujiyama, saking tinggi nya sampai langit menurunkan cahaya diatasnya... taraaaaaa

Fujiyama adalah Megacoaster yang disebut juga sebagai King of Coaster karena paling besar, paling tinggi dan paling panjang lintasannya di sini. Mempunyai ketinggian 79 meter kereta dijatuhkan dengan kecepatan 130 km/jam dengan panjang lintasan 2 km. "Hah!! jadi saya harus melewati lintasan naik turun ini sepanjang 2 km !!" saya kaget... 2 km kan panjang, jadi berapa waktu yang harus saya tempuh ? (soal cerita matematika) 

Singkat cerita saya sudah selesai antri dan duduk di kursi kereta.

Oh, saya fikir pengamannya akan seperti yang saya bayangkan, melintang di dada. Ternyata sama saja, cuma menahan paha... 

Kereta sudah mulai bergerak.... sangat pelan...

Mulai naik... naik secara perlahan.....

Terlihat disebelah rel ada papan petunjuk ketinggian...

Ketinggian 40 meter..... kereta masih naik dengan sangat pelan

Ketinggian 50 meter..... kereta masih naik dengan sangat pelan

Ketinggian 60 meter..... ahh kesel nih lama-lama 

Ketinggian 70 meter...... mulai kerasa angin kenceng diatas... dan gunung Fuji menyapa dengan indahnya dari kejauhan.... 

Ketinggian 79 meter ..... dan semua keindahan itu semua sirna....saatnya kita jatuhhhhhhhhh......



Sensasi yang ditawarkan wahana ini adalah ketinggian dan kecepatan, tidak tanggung-tanggung ada sekitar lebih dari tujuh kali turunan yang bikin geli sampai ke ubun-ubun yang harus dilewati, belum lagi sensasi hampir kesabet tiang-tiang penyangga lintasan roller coaster. Saya langsung merasa kalau Halilintar di Dufan hanya untuk bikin geli anak kecil kalau disini (langsung merasa sombong). Fujiyama pernah menjadi roller coaster tertinggi sekaligus yang tercepat di tahun 1996. 

Oke, saatnya mendinginkan suhu mengingat suhu musim panas di jepang bisa sampai 40 derajat celcius. Kali ini saya mencari wahana yang sedikit ber-AC , ya apalagi kalau bukan Evangelion World. 

EVANGELION :WORLD

Markas NERV


Evangelion World adalah museum yang didedikasikan untuk serial anime paling fenomenal di Jepang, Neon Genesis Evangelion karya Hideaki Anno. Disini kita seolah masuk kedalam pangkalan NERV dan melihat kondisi ruangannya. Ada pula replika 1:1 dari kepala EVA 01. replika kapsul pilotnya, dan diorama dari angel-angel. Semua kisah dan cerita dari anime ini dituangkan kedalam diorama ruang. Yang bikin jadi asik adalah sayup-sayup terdengan suara Ayanami Rei dari speaker di di ruangan, dan suara Misato yang memperingatkan akan serangan angel. Ah, tempat ini membangkitkan memori masa kecil saya. Dulu saya pertama kali suka dengan Anime ini karena dipinjamkan VCD episode 1 nya oleh teman saya Aristo yang dapat bonus dari majalah Animonster.


Keluar dari Museum Evangelion, saya harus siap menghadapi kenyataan
Teman saya langsung menagih janjinya untuk langsung menaiki Takabisha


TAKABISHA

Takabisha, roller coaster dengan jalur acak-acakan


Ya, inilah roller coaster yang menjadi buah bibir di situs Themeparkreview.com karena dinobatkan oleh Guiness Book of World Record sebagai roller coaster tercuram di dunia. Roller Coaster paling baru di Fuji-Q yang memiliki panjang total 1.004 m, kemiringan jatuh maksimum 121°, dan kecepatan maksimum 100 km/jam. Dan saya melihatnya sebagai roller coaster dengan lintasan paling acak-acakan, tak terhitung ada berapa loop di lintasan ini. Oke saya mulai antri karena saya fikir ini akan sama saja dengan naik Fujiyama, cuma bedanya turunannya lebih curam dan banyak loop.



Ya, ternyata saya salahhh saudara-saudara....... Roller coaster ini ternyata masih saudara dengan Dodonpa, jadi kereta yang saya tumpangi langsung dihempas dengan tekanan tinggi melewati loop dan tikungan-tikungan, tanpa ada kesempatan untuk berbasa-basi. Geli campur pusing karena diputar-putar sampai akhirnya kereta secara perlahan kembali masuk ke station untuk langsung naik ke menara teror.... ya menara yang akan dengan siap menjatuhkan kita dengan kecuraman 121° dan kembali lagi mengocok perut dengan putaran loop yang tinggi, belok, putaran lagi, belok lagi dan seterusnya sampai benar-benar berhenti. Sensasi dua tipe roller coaster dalam satu lintasan.



Kali ini saya merasa pusing...


sakit kepala...


dan saya menyerah, benar-benar tidak kuat untuk melanjutkan naik wahana selanjutnya yaitu Eejanaika


EEJANAIKA

Eejanaika, 4D roller coaster

Eejanaika merupakan teknologi baru dalam dunia roller coaster karena selain kereta mengikuti alur track nya, kursi dari masing-masing penumpang juga dapat berputar dengan gerakan yang tak terprediksi, jadi sensasinya kita bisa melaju dengan normal, bisa tiba-tiba melaju mundur, bisa tiba-tiba melaju dengan kepala dibawah sambil mundur, dan sebagainya. Teknologi ini disebut juga sebagai 4D Roller Coaster. panjang total 1.153 m, tinggi maksimum 76 m, kecepatan maksimum 126 km/jam.


Kali ini saya hanya melihat teman saya naik Eejanaika dari bawah, sayang memang tinggal satu lagi roller coaster yang harus dinaiki, tapi perut saya mual mau muntah dan yakin sekali liat cara kerja roller coaster 4D ini muka saya bisa seperti ini

................


Setelah selesai teman saya langsung bilang "Gila, Eejanika adalah kesimpulan dari semua roller coaster yang kita naikin hari ini, sensasinya gabungan dari semuanya ditambah dengan sensasi terbalik-balik. Ah sayang lo gak naik, bakal nyesel seumur hidup"
... dan saya tidak menyesalinya sama sekali.... haha....

"Ah baiklah, saatnya kita pulang, Fuji-Q sudah mau tutup" saya senang sekali mengucapkan kalimat ini, dan sebelum benar-benar pulang kita foto di depan gerbang.

saya pura-pura bahagia, pencitraan

 Oke, akhirnya kami pulang menggunakan kereta menuju Tokyo dan langsung berganti dengan Shinkansen menuju Kyoto. Selama perjalanan Shinkansen dari Tokyo menuju Kyoto saya tidur dengan mimpi buruk, Iya saya mimpi naik Eejanika sambil muntah pelangi dilangit...... waaakkkkhhh








Fuji-Q Highland

28 Juli 2014


Senin, 21 Juli 2014

1000 WAJAH RAKAN DI OTAGI NENBUTSU-JI



Waktu kecil saya suka sekali nonton anime Jepang yang berjudul Ikkyu San, tentang petualangan biarawan Buddha Zen Ikkyu ketika masih kecil di Biara Angoku-ji. Saya lupa di episode keberapa disitu Ikkyu sedang berjalan ditengah hujan salju yang deras dan melihat ada objek patung setinggi dirinya dan dia memasangkan topi di patung itu agar tidak tertutup salju. Belakangan saya baru tau kalau objek patung kecil setinggi Ikkyu itu adalah Rakan. Rakan sendiri adalah patung kecil yang mempunyai ekspresi beragam sebagai simbol dari para pengikut Buddha. 

Waktu saya berkunjung ke Arashiyama, daerah di pinggiran kota Kyoto Jepang saya dapat info kalau disana ada sebuah kuil yang memiliki 1200 Rakan, wah banyak sekali.. Nama kuilnya adalah Otagi Nenbutsu-ji dan lokasinya agak jauh disebelah utara dari hutan bambu Arashiyama yang terkenal itu dan jalurnya melewati Saga Toriimoto, sebuah kawasan jalan historis yang masih dikelilingi rumah toko tradisional Jepang Machiya.

Sebenarnya ada penyewaan sepeda di dekat hutan bambu Arashiyama, tapi karena niatnya hari itu saya ngabuburit sambil nunggu waktu buka puasa jadi apa salahnya kalau jalan kaki, lagipula suasana di Saga Torimoto pasti menyenangkan karena saya suka sekali lingkungan tradisional di Jepang. Oke, jadi saya memutuskan untuk berjalan kaki saja, dan kebetulan saat itu ada satu orang teman yang ikut menemani, jadi mungkin gak akan bosan dan bisa jadi teman ngobrol selama perjalanan.

Kesalahan pertama adalah saat itu waktu masih menunjukan jam 11 siang, dan kesalahan kedua adalah saat itu sedang puncaknya musim panas di Jepang, jadi suhu di siang hari bisa sampai 40 derajat celcius, dan saat itu sedang bulan puasa pula, harusnya saya tidur saja dirumah sampai maghrib jam 07.30 malam.

"Baiklah, jalan segini doang pasti bisa lah"

.......... 30 menit kemudian ...........

"Anjir capek jauh, panas banget, gak kuat nih baju udah basah keringetan.... kalau ada vending machine kita berenti dulu ya, beli I Lohas"    

Berjalan di daerah Saga Toriimoto memang menyenangkan, (kalo lagi gak puasa) benar saja daerah ini dikelilingi rumah-rumah tradisional Jepang yang sangat terawat, bahkan dilihat dari ukuran rumahnya yang besar-besar dan banyak detail bonsai nya saya merasakan aura bahwa kawasan ini termasuk kawasan orang-orang kaya di Arashiyama, tapi mayoritas penghuninya nenek-nenek dan kakek-kakek. kebanyakan keturunannya yang masih muda sudah pindah atau mencari kerja ke kota.

Rumah dengan taman batu dan taman bonsai

Pasti ini isinya sepasang kakek-nenek yang kaya raya


suasananya sepi, mungkin karena musim panas jadi semua orang didalem rumah

salah satu sudut teras rumah disini. selalu ada kipas

udah agak sejuk ada yang keluar rumah juga

bangunan yang menarik karena masih menggunakan atap dari ijuk

saya lewat bawa kamera dan I Lohas



Mendekati ke Atago Torii, sebuah gerbang Torii besar di Saga Toriimoto ada sebuah restaurant terkenal yang menyajikan menu Kaiseki, set makanan tradisional lengkap khas kyoto yang mewah. Nama restaurantnya Hiranoya. Kalau makan disini kita akan dilayani habis-habisan oleh pelayannya sampai kalau pulang pun kita akan diantar ke Taxi sambil mereka menunduk beberapa detik hingga taxinya pergi. Akhirnya saya pun makan ditempat ini....... Tapi Bo,ong.... :P
Saya gak rela menghabiskan uang Y15,000 untuk sekali makan siang...  lagi pula saya kan masih puasa *tiba-tiba lupa kalau tadi udah menghabiskan sebotol I Lohas.

Atago Torii

Restaurant Hiranoya, atapnya udah lumutan tapi harga makanannya tetep mahal

Pelayan Hiranoya yang masih nunduk padahal tamunya udah pulang naik taxi beberapa detik yang lalu



Tidak jauh dari Atago Torii barusan akhirnya saya sampai di Otagi Nenbutsu-ji, setelah menghabiskan waktu sekitar 40 menit jalan kaki yang banyak istirahat "Akhirnya sampai juga".

Mungkin karena lokasinya jauh dari pusat keramaian di Arashiyama atau informasinya yang kurang banyak menjadikan tempat ini terlihat sepi dan pengunjung yang datang cuma saya dan teman saya saja. Kalau saya sangat suka sekali dengan tempat yang tidak terlalu ramai dengan turis, apalagi tempat sebagus ini, bisa bebas foto dan bikin video tanpa ada gangguan turis lain :).

Saya sangat kagum dengan jumlah rakan yang sangat buanyaaak sekali disini, kata penunggu kuil nya Rakan disini berjumlah lebih dari 1200 buah, entah berapa belum ada yang menghitungnya secara pasti karena malas juga ngitungnya. Yang membuat bagus adalah ekspresi dari Rakan itu sendiri, jadi setiap Rakan mempunyai raut wajah yang berbeda satu dan lainnya, ada yang sedih, gembira, tertawa, dan lainnya yang menjadikannya seolah-olah hidup.

Gerbang Otagi Nenbutsu-Ji

Banyak Rakan

Kumpulan Rakan di tempat yang lain

Foto-foto Rakan

Ini Rakan paling bahagia, ketawa terus


Rakan yang ngumpet di rerumputan


Ini Rakan paling unyu,  posisi Cherrybelle 

Rakan Berdoa


Masih banyak Rakan sampai kebelakang kuil


Otagi Nenbutsu-ji ini didirikan oleh Permaisuri Shotoku pada pertengahan abad ke-8 dan pernah hancur akibat banjir besar sungai Kamo. Sempat dibangun kembali di lokasi yang berbeda tapi hancur lagi karena perang di abad ke-13. Tahun 1922 akhirnya dibangun kembali di lokasi yang sekarang. Pada tahun 1981 dibuatlah ribuan Rakan ini sebagai penghormatan untuk proses restorasi kuil yang beberapa kali hancur. Semua Rakan ini adalah hasil dari sumbangan beberapa sukarelawan yang dilatih oleh pematung Kocho Nishimura.

Suasana historis dan spiritual yang menyelimuti tempat ini membuat saya betah berlama-lama disini walaupun agak serem juga karena ditempat seluas ini dengan ribuan patung Rakan hanya ada 3 orang disini, saya, teman saya dan penjaga kuil. Pengen rasanya ngambil satu patungnya buat disimpen di taman rumah... hehe...

Salah satu bangunan tertua di sini. didalamnya ada patung Buddha

Salah satu sudut Kuil yang dipengaruhi budaya China

Ini agak janggal, ada gerbang Torii tapi belakangnya mentok. sepertinya dibangun karena ada mata air


Oke, waktu sudah sore... saatnya kembali berjalan kaki 40 menitan untuk menuju ke station dan pulang ke rumah teman di Katsura. Kalau saja di Hiranoya ada tajil gratisan pasti saya mampir... ah tapi setelah itu siap-siap Y15,000 melayang.... untungnya gak ada... :)



Arashiyama
21 Juli 2014




Jumat, 28 Maret 2014

NAVAGIO BEACH DI NUSA PENIDA





Ya, di Nusa penida ada pantai yang mengingatkan saya dengan Navagio beach di Zakynthos Yunani. Oh, ternyata Navagio Beach punya kembarannya, dan lokasinya ada di pulau ini. Oke, saya harus cari tahu lokasi ini. Langsung semua foto hasil googling saya print dan entah kenapa tiba-tiba saya langsung membuka situs Airasia untuk langsung memesan tiket pesawat. Saya mengajak teman saya Febian untuk ikut bergabung dan dia bilang "Hah, yang bener... kita langsung terbang ke Bali tiga hari lagi ?", terus saya bilang "Iya, kita berangkat tiga hari lagi, saya udah pesen tiket pesawat. Kebetulan disana sedang menjelang hari raya Nyepi jadi urusan tempat tinggal gimana nanti aja yang penting kita sampai dulu di Nusa Penida". dan untungnya saya dapat tiket promo murah dari bandung ke Bali. 

Tiga hari kemudian.....

Saya dan Febian langsung berangkat pagi-pagi naik pesawat dari Bandung menuju Bali, Setelah sampai Bandara Ngurah Rai lalu naik taxi menuju Sanur. Diperjalanan saya sengaja menemui kawan saya Larissa yang saat itu masih tinggal di Bali untuk memberikan DVD Box Set film EPIC JAVA yang sudah dipesannya.

Larissa dan Boxset DVD Epic Java Pesanannya


Sesudah sampai Sanur, saya dan Febian makan dengan sop ikan yang terkenal enak di Warung Mak Beng sambil menunggu jadwal perahu penyebrangan menuju ke Nusa Penida. 

Akhirnya perahu tiba dan membawa kami ke Pulau Nusa Penida. Di dalam perahu kami ditanya seorang ibu-ibu "mau tinggal dimana dek ?", lalu saya menjawab kalau kami belum ada rencana tinggal dimanapun dan berencana mencari sendiri nanti setibanya disana. 

Perahu pun sampai di pantai Toyopakeh Nusa Penida dan teman saya bingung "nah kita udah sampai nih, terus kemana ?" . Saya juga sebetulnya bingung, perjalanan impulsif ini memang benar-benar sangat kurang informasi, yang saya bawa cuma informasi secarik kertas print yang isinya hanya gambar pantai yang mirip Navagio Beach dan juga foto udara pantai yang berbentuk sumur raksasa sinkhole . "oke kita tanya tukang ojeg di depan ya".

Saya bertanya kepada semua tukang ojeg dan mereka semua tidak tahu lokasi tepatnya objek-objek foto yang saya berikan, akhirnya saya meminta mereka mengantar ke penginapan terdekat sekalian sewa motor dari salah satu ojeg disana. dalam perjalanan menuju penginapan tukang ojeg yang mengantar kami tiba-tiba berhenti di depan warung bensin kecil dan menemui seorang bapak-bapak yang bernama Pak Ludri, karena menurut dia Pak Ludri jauh lebih mengenal pulau ini. "Mas, maaf saya tidak bisa mengantar lebih jauh, mungkin nanti mas bisa dibantu diantar oleh Pak Ludri, mungkin beliau bisa bantu". Hmm baiklah kalau gitu. akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan dua motor, saya dan teman saya boncengan di belakang dan Pak Ludri menunjukan arah dengan motornya di depan.

Sepanjang perjalanan saya disuguhi pemandangan pedesaan Bali yang masih tradisional, disini sangat jarang sekali mobil yang ada hanya sepeda motor dan masyarakat yang pulang berkebun dengan berjalan kaki. Saya seperti sedang di Bali pada masa lalu, sebelum banyak turis mengunjunginya. Nusa Penida memang sangat berbeda infrastrukturnya dengan di Bali, disini masih banyak jalan yang rusak dan dan kondisi masyarakatnya yang masih sederhana, tetapi walaupun begitu tradisi disini masih sangat kental juga, bisa dilihat dengan persiapan hari pangrupukan menjelang Nyepi nanti, disetiap banjar sudah mulai dibangun ogoh-ogoh besar untuk diarak. Perjalanan kami mengarah ke Desa Sakti, karena di sana ada penginapan yang dekat dengan Crystal Bay, rencananya di tempat itu akan digelar upacara melasti pada hari lusa.

Susana pedesaan di Nusa Penida

Kami sampai disebuah penginapan yang bernama Namaste, langsung parkir motor dan disambut dengan pemiliknya yaitu Cisco, seorang warga negara perancis yang sangat jatuh cinta dengan Nusa Penida. Dia mengajak anak dan istrinya untuk tinggal dan menetap dipulau ini. Istrinya bernama Sarah dan anak perempuannya bernama Nina. Nah uniknya Nina ini sangat pandai berbahasa Indonesia dan bahasa daerah, karena dia disekolahkan di sekolah Negri di Desa Sakti, setiap hari dia pergi ke sekolah beramai-ramai dengan anak kecil lainnya berjalan kaki melewati kebun, apabila sudah sampai rumah Nina akan berkimunikasi dengan bahasa Perancis, itulah aturan yang dibuat Cisco dan Sarah. Namaste ini adalah rumah mereka sekaligus penginapan yang disewa, saya melihatnya seperti resort yang unik, letaknya yang sangat jauh dari perkampungan membuat tempat ini sangat eksklusif, ada kolam renang juga yang menghadap ke lembah. Yang membuat tempat ini nyaman adalah pelayanannya yang sangat bagus karena Cisco dan Sarah akan melayani tamunya seperti keluarga.

Penginapan kami di Namaste
Kolam renang Namaste
Saya sedikit berdiskusi dengan Cisco dan Pak Ludri mengenai tempat yang akan saya datangi, dari dua objek foto yang saya berikan Cisco dan Pak Ludri hanya mengenal pantai yang berbentuk sinkhole tetapi belum tau kalau ada pantai lagi yang menyerupai Navagio Beach. "Oke Pak, bisa Pak Ludri mengantarkan kami ke pantai yang berbentuk sinkhole ini ?" tanya saya, "Oh bisa mas, warga disini menyebutnya Pasih Uug, yang artinya tanah yang runtuh. mungkin sekitar 1 jam dari sini kalau pakai motor" jawab Pak Ludri. "Oke Pak, sepertinya kita harus berangkat dari sekarang biar bisa menikmati sunset disana". Setelah menyimpan ransel dan barang bawaan kami di kamar akhirnya kita langsung berangkat. 

Perjalanan yang dilalui kali ini sedikit lebih sulit karena kami melewati jalan yang hancur dan masuk kedalam kebun dan hutan. sesekali melewati banjar dan perkampungan warga. Selang satu jam kita melalui jalan berbatu dan rusak akhirnya kami sampai dan saya melihat pemandangan yang menakjubkan. Sebuah lubang yang sangat besar dipinggir pantai dan sebuah jembatan alami yang terbentuk akibat terkikis ombak selama ratusan tahun. Yah, ini pemandangan alam yang sangat bagus, sesekali saya melihat kedalam jurang lubang besar itu dan didalamnya ada pantai tersembunyi. Menurut Pak Ludri biasanya ada warga yang turun kebawah untuk mengambil sarang walet. Kami menikmati pemandangan Pasih Uug sampai sunset sambil mengambil beberapa video dan timelapse.

Pasih Uug difoto dari Google Maps, terlihat lubang sinkhole dari atas

Pasih Uug dari dekat, ada pantai tersembunyi didalamnya

Goa jalur masuknya air laut ke dalam singhole yang membentuk jembatan alami  

Kampungan, nemu pemandangan aneh langsung tiduran

Febian minta difoto

Bikin timelapse sebelum gelap


Hari sudah semakin gelap, saatnya kita pulang kembali ke penginapan. Ternyata jalan menuju pulang pada saat gelap sangat berbeda kondisinya daripada siang-siang, suasananya lebih mencekam karena hanya motor kami saja yang melewat jalan itu. Penerangan hanya bersumber dari lampu motor.
"Bang, kok jadi serem gini ya".... tanya Febian
"Ya namanya juga kemaleman ditengah hutan, berdoa aja biar cepet sampe".... saya berusaha nenangin diri padahal serem juga sambil nyetir motor
"Eh, kok tiba-tiba ada wangi-wangi gini ya"... Febian mulai banyak nanya
"Bukan apa-apa kok, mungkin aja ada yang naro sesajen sembahyang di pinggir jalan" .... padahal mulai panik
"Eh itu liat di depan ada raksasa".... Febian teriak bikin kaget...
Benar saja, kami melihat raksasa di depan motor kami, Pak Ludri sudah meluncur lebih dulu tanpa rasa takut. Saya sedikit sambil takut memajukan motor dengan perlahan... "Ah, itu Ogoh-ogoh, bukan raksasa beneran"..  lalu Febian menjawab "Iya, masudnya itu raksasa Ogoh-ogoh hehe".... pengen rasanya saya turunin temen yang satu ini ditengah hutan.

Sambil mengusir kesunyian selama perjalanan si Febian mulai nyanyi.... awalnya nyanyi beneran, sampai lama-lama nyanyi lagu ciptaannya sendiri yang saya gak ngerti, saya takutnya dia kesurupan gara-gara bikin berisik ditengah hutan.

akhirnya kami sampai di penginapan, dan Pak Ludri pamit pulang untuk besoknya akan kembali datang dan mengantar kami lagi dengan motornya. "ah, enaknya bisa ketemu kasur"...

dari kiri ke kanan : Pak Ludri, Febian, Cisco, Nina, Sarah dan saya


besok paginya Pak Ludri datang dan dia mengajak kami ke Goa Giri Putri. Ya, Goa Giri Putri adalah Pura di dalam Goa yang sangat besar. Saya baru pertama kali masuk ke tempat ini dengan mulut Goa yang hanya seukuran perut. Jadi kita masuk kedalam goa dengan lubang yang sangat kecil dan harus merangkak, tapi begitu sampai di dalam ruangan langsung besar hampir menyerupai hanggar pesawat, di dalamnya ada pura dan kuil. Saat kami masuk sedang tidak ada siapa-siapa di dalam, merinding dan tempat ini benar-benar kosong, tapi apabila sedang upacara di dalam goa ini bisa muat ribuan orang yang beribadah dan beberapa orang didalam bisa kerauhan (kesurupan) masal.

Goa Giri Putri

Selesai dari Goa Giri Putri kami berkunjung ke rumah pak Ludri untuk istirahat sekalian berkenalan dengan keluarga Pak Ludri yang sedang menyiapkan sesajen untuk hari Melasti besok. Rumah Pak Ludri sangat sederhana tapi kehangatan keluarganya membuat suasana dirumah itu sangat mewah bagi kami.

selesai istirahat kami melanjutkan perjalanan dengan motor menuju ke pantai yang seperti di Navagio Beach. Pak Ludri sebetulnya tidak tahu posisi pantainya, tapi dia melihat kalau dari topografi bukit putih dan besar seperti itu pasti berada disekitar kawasan barat daya Pulau.

Perjalanan sudah hampir menghabiskan waktu dua jam dengan kondisi jalan lebih parah dari kemarin dan kami belum menemukan tanda-tanda bukit dan jurang yang terlihat seperti di foto. Di tengah siang yang terik Pak Ludri menanyakan arah ke bapak-bapak di kebun di pinggir jalan, kami menunggu di motor. Oke Pak Ludri sudah tau arah menuju pantai itu, tetapi sebelum berangkat kami diajak untuk minum kelapa milik si bapak kebun barusan. "Loh tapi kelapa nya mana ?" saya bertanya. Lalu si bapak dengan sigap langsung naik keatas pohon kelapa di sebelahnya dan menurunkan beberapa buak kelapa untuk kami. Begitu sampai bawah pohon, bapak langsung membuka kelapa dan mempersilahkan kami minum langsung, "terimakasih banyak Pak, kami memang kehausan dari tadi diperjalanan lupa membawa bekal air".

Habis minum kelapa langsung foto bareng, saya gak ada di foto ini karena saya yang motonya..

Ternyata lokasi pantai yang dimaksud sudah tidak jauh lagi, di dekat perkebunan tadi tiba-tiba jalan batu langsung berubah menjadi hamparan padang rumput yang luas dan disebelahnya adalah jurang, "Yak, kita sampai.... kita ada diatas Navagio Beach versi Nusa Penida". dan ternyata nama bukit ini adalah bukit Paluang dan pantai yang dibawah jurang adalah pantai Paluang. senang sekali akhirnya sampai disini, tapi sayang sekali kami tidak bisa kebawah karena belum ada jalur untuk turun ke bawah. Tapi walaupun begitu pantai ini sangat bagus dilihat dari atas, seperti di Zakynthos Yunani :). Gak pernah disangka, beberapa hari yang lalu saya memandangi pantai ini hanya dari layar monitor komputer dan sekarang saya melihatnya langsung di depan mata.

Jalan menuju Paluang

Bukitnya ada disebelah sana
Pantai Paluang
Merinding juga liat kebawah, tingginya bisa sampe 100 meter

Febian

Bikim Timelapse

Pantai Paluang, kembarannya Navagio Beach

Atas : Navagio Beach di Yunani
Bawah : Pantai Paluang
mirip kan.... ya kayak kakak adek lah :)


Seperti biasa kami menghabiskan sunset disini sambil mengambil video dan timelapse. Hari sudah semakin gelap dan pengalaman pulang mencekam terulang lagi.... lalala....Febian mulai mengeluarkan jurus nyanyain pengusir sunyi.

Kami sampai di Penginapan dan langsung beristirahat supaya tidak telat mengikuti prosesi Melasti besok pagi di Crystal Bay.

Alarm jam lima subuh sudah bunyi, kami bangun dan Febian mulai cerita
"Bang, tadi malem kok bisa tidur nyenyak ?"....
"Bisa lah, kan capek. Emang kenapa ?"....
"Wah, gak denger ya ? tadi malem semua anjing menggonggong dan kucing-kucing mengeong di waktu yang bersamaan, dan semuanya mengarah ke penginapan kita"
"Ah perasaan aja kali, namanya juga penginapan di tengah hutan, wajarlah banyak binatang"
"Tapi yang ini beda"....
"udah ah, mandi cepet nanti gantian, keburu telat prosesi melasti nya nanti".... saya langsung memotong pembicaraan.

Kebetulan nanti rombongan Melasti dari Banjar di Desa Sakti akan melewati depan penginapan kita menuju ke Crystal Bay, karena jalan di depan penginapan merupakan jalan satu-satunya menuju pantai.

Saya dan Febian berangkat lebih awal menuju Crystal Bay, disana sudah ada beberapa pemuka adat. Setelah saya parkir motor saya didatangi salah satu pemuka adat
"Selamat pagi mas, mas yang menginap di Namaste ya ?"
"Iya Pak, kok Bapak tau ?"
"Kita semua tau siapa tamu yang menginap disana. Gimana tidurnya tadi malam nyenyak ?"
"Nyenyak Pak, tapi teman saya tidak bisa tidur, katanya tadi malam dia mendengar suara lolongan anjing dan kucing bersamaan"
"Nah itu dia mas, sebenarnya tempat mas menginap itu sebetulnya dihuni oleh raksasa besar"
"Maksud bapak Ogoh-ogoh ?"
"Bukan mas, raksasa betulan. oleh karena itu sebelum tempat itu dijadikan penginapan sudah kami upacarakan. Tapi raksasanya sekarang sudah baik kok, cuma kadang binatang sering gelisah dan bisa tiba-tiba menggongong"
"hmm ooohhhh gitu ya Pak, oh kebetulan hari ini hari terakhir saya di penginapan itu Pak, tapi menurut saya tempatnya nyaman dan enak"
"ada satu lagi dek, di sebelah utara ada tanah mistik, ada yang pernah menemukan emas tapi dia langsung sakit"
"oh oke Pak, terimakasih infonya ya... rombongan Melasti sepertinya sudah sampai, saya mau ambil gambar dulu"

Tiba-tiba saya ingin sekali mengakhiri percakapan aneh itu. Saya baru teringat kalau Nusa Penida kerap disebut juga sebagai Pulau Ilmu Hitam karena banyak ajaran-ajaran mistik. Mendengar cerita bapak tadi saya jadi sedikit merinding juga, tapi ah sudahlah, saya lebih menikmati pemandangan alam dan budaya di pulau ini.


Upacara Melasti di Crystal Bay

Upacara Melasti di Crystal Bay

Upacara Melasti di Crystal Bay

Setelah prosesi Melasti, saya kembali ke Penginapan untuk berkemas dan bersiap pulang menuju Pantai Toyopakeh dan bersiap kembali ke Sanur. Pak Ludri dan Cisco menemui kami disana untuk mengucapkan selamat tinggal dan dia berharap kami bisa kembali kesini. Kami merasa banyak bertemu orang baik di pulau ini. Semoga kami bisa kembali lagi

Nusa Penina meninggalkan banyak kesan, dari pemandangannya, masyarakatnya, sampai budayanya. Saya merekomendasikan tempat ini untuk siapa saja yang ingin merasakan budaya Bali yang masih asli. Hanya 2 jam dari Sanur kita bisa merasakan pulau dengan suasana seperti  Bali 30 tahun yang lalu.





Nusa Penida
28 Maret 2014



*beberapa bulan setelah ini Febian mempromosikan tempat ini ke teman-temannya di Malaysia dan kembali lagi ke Nusa Penida bersama teman-teman Malaysianya dan diantar Pak Ludri juga