Aku adalah yang sering kalian sebut sebagai "Air".
Aku yang abadi membeku di atas gunung sampai di hamparan samudra.
Aku menutupi hampir dari dua per tiga planet ini, begitu juga tubuhmu.
Hampir delapan puluh persen di dalam tubuhmu ada Aku.
Aku adalah sumber kehidupanmu.
Aku yang membuatmu dan semua makhluk hidup ada di planet ini.
Aku yang membuatmu bertahan di planet ini.
Aku akan terus berada disini, tetapi tidak dengan kalian.
Mengeksploitasiku berarti menyedot darahmu sendiri.
Mencemariku berarti meracuni dirimu sendiri.
Bila terus menerus seperti ini kalian akan binasa.
Kalian akan hilang dari planet ini.
Sedangkan aku, aku akan tetap menjadi Air.
Air yang akan membangkitkan kehidupan baru di planet ini.
Kehidupan yang lebih menghargaiku.
Kalimat diatas saya tulis sebagai naratif dalam sebuah video hasil kolaborasi Embara Films (saya dan Febian) yang mengambil gambar di Nepal, India dan Bali dengan sahabat saya, Rayhan Sudrajat yang mengisi suara dan musik. Video ini memenangkan juara pertama dalam kompetisi video lingkungan hidup yang diadakan Conservation International beberapa waktu lalu.
HARI AIR SEDUNIA DAN PERINGATAN WAFATNYA ISA AL MASIH
Dalam rangka hari air sedunia ini saya kembali men-share video ini ke publik untuk mengingatkan pentingnya air untuk keberlangsungan hidup manusia. Bagaimanapun air adalah unsur yang menentukan keberlangsungan hidup kita. Ada yang unik dari hari air sedunia tahun ini, karena waktunya hampir bertepatan dengan minggu Paskah, hari wafatnya Isa Almasih. dan menurut saya sangat terkait sekali topik ini.
Lalu saya teringat dengan tulisan dari Wayan Mustika
Di puncak gunung, air itu turun sebagai hujan atau embun yang jernih, lalu berkumpul menjadi air danau yang segar dan bening.
Perlahan ia mengalir melewati ruang dan waktu, melewati berbagai jalan untuk menuju samudera.
Di berbagai jalan sungai yang dilaluinya, kadang ia tetap mengalir sebagai air jernih. Kadang ia menjadi air keruh penuh lumpur atau tercemari oleh racun.
Maka bila hendak meminum air yang telah mengalir itu, tetaplah memilih yang setidaknya masih bening dan sehat. Bila yang ada hanya air yang kotor, jangan lupa menyaring dan memurnikannya agar layak diminum dan tidak menyisakan sakit yang menderitakan.
Dan dengarlah seekor ikan yang berenang di sungai jernih itu berpesan;
"Begitu pun dengan pengetahuan suci yang diturunkan dari langit di masa lalu, Manu. Melewati begitu banyak ruang dan waktu, menjadi begitu banyak jenis aliran sungai, sebagian diantaranya tercemari atau terkotori oleh lumpur-lumpur ego. Saringlah sebelum kau menyerap ke dalam pikiran dan hatimu menjadi keyakinan. Karena bila tidak waspada, ajaran itu justru bisa membawamu pada penderitaan."
- Mustika Wayan -
Bila Air kita ibaratkan sebagai sebuah ajaran dan keyakinan tentang kebenaran Tuhan, maka seperti itulah yang digambarkan oleh Wayan Mustika. Ajaran agama turun dari Tuhan dalam keadaan suci dan bersih, lalu seiring dengan perkembangan waktu ajaran agama itu malah dimaknai lain dan terpolitisasi oleh ego menjadi sebuah senjata untuk saling membunuh. Bukan ajarannya yang salah, melainkan kita sebagai manusia yang sudah "teracuni" oleh pikiran sendiri terhadap sebuah ajaran. Wafatnya Isa Al Masih merupakan salah satu contoh kejadian yang tertulis di Kitab Suci bahwa secara sosiologis-historis lembaga beragama dengan mudahnya membawa nama Tuhan untuk menganiyaya dan membunuh orang yang dianggap melecehkan nama-Nya. karena dianggap berbeda pemikiran dan terpolitisasi oleh lembaga saat itu. Padahal inti dalam ajaran apapun adalah Kasih.
Sampai sekarang pun kita terus meracuni pikiran kita terhadap ajaran agama dan membuat manusia saling membunuh atas nama Tuhan.
Dan kejadian yang baru saja saya baca malam ini, seorang pria muslim bernama Asad Shah tewas terbunuh di tokonya di Glasgow ditusuk seseorang hanya karena dia tidak suka dengan ucapan Selamat Paskah yang dituliskan Asad di sosial media.
dan seperti yang saya tulis :
"Mencemariku berarti meracuni dirimu sendiri.
Bila terus menerus seperti ini kalian akan binasa".
dan Wayan Mustika tulis :
"Saringlah sebelum kau menyerap ke dalam pikiran dan hatimu menjadi keyakinan. Karena bila tidak waspada, ajaran itu justru bisa membawamu pada penderitaan."
Selamat Hari Air dan Paskah,
23 - 28 Maret 2016