Pertama kali mendengar nama kota ini sempat bingung cara membacanya, antara Koper (seperti penyebutan koper luggage atau briefcase), Kopəɾ, atau Kopeer. Tapi memang kota ini ada banyak nama. Orang Serbia menyebut Koper, orang Kroasia menyebut Kopar dan orang Itali menyebut Capodistria. Saya pribadi awalnya tidak tahu banyak tentang kota ini, yang saya tau adalah kota pelabuhan terbesar di Slovenia, Negara yang hanya memiliki area pantai 1 persen dari luasnya.
Perjalanan saya di Koper sangat singkat, hanya sehari saja, tapi menurut saya ini salah satu kota terindah di laut Adriatic. Sejarah panjang kota ini sudah tercatat dari zaman Yunani kuno dan kekaisaran Romawi, pernah jadi bagian dari Yugoslavia hingga menjadi pintu pelabuhan utama bagi Slovenia.
Yang menarik dari Koper adalah dahulu kota ini kota pulau seperti Venecia, karena pernah menjadi bagian dari kerajaan Venecia. Sekarang kota ini menjadi pulau ditengah pembangunan reklamasi besar-besaran pelabuhan utama Slovenia.
Garis biru adalah pulau asli dan garis merah adalah garis pantai asli sebelum direklamasi sumber : Wikipedia |
Suasana yang terlihat langsung berubah menjadi suasana abad pertengahan dengan rumah tinggi tiga sampai empat lantai dengan gang kecil yang gelap. Di abad ke 16 kota ini pernah terkena wabah epidemi dan menghilangkan sebagian besar penduduknya, langsung terbayang banyak mayat berjejeran di area gang sempit ini dengan bau busuk. Tapi sekarang kota ini sudah bersih dan nyaman, semakin masuk ke dalam labyrinth gang sempit akhirnya sampai juga di Piazza Tito, alun-alun utama kota. Terlihat bangunan dengan menara tinggi, Stolnica Duomo, Gereja Katedral Mary's Ascension dengan arsitektur Romanesque yang dibangun dari abad ke 15 sampai abad ke 18 (proses renovasi dan penambahan bangunan selama 200 tahun). Selain itu ada juga Praetorian Palace dengan arsitektir Venetian Gothic yang menjadi icon di Piazza Tito. Suasana disini hampir mirip dengan di Venice dengan versi kosong tidak ada turis, jadi lebih nyaman untuk menikmati kota. Saking sedikitnya penduduk di kota ini saya melihat antar penduduk saling tegur sapa, ya mereka saling mengenal satu sama lain dan orang-orangnya sangat ramah juga dengan pendatang.
Bahasa yang digunakan disini selain bahasa Slovenia adalah bahasa Italy, Kroasia, Albania dan Macedonia. Budaya Italy sangat terasa disini dan bisa dilihat dari banyaknya cafe dan restoran yang menyajikan sajian kuliner Italy.
![]() |
Gang sempit di Koper, ciri khas kota abad pertengahan di mediteranian. abad ke 16 banyak mayat korban wabah penyakit disini |
![]() |
Toko-toko dan cafe berjejeran di gang. sekarang suasananya menjadi lebih nyaman |
![]() |
Sudut gang yang mengingatkan pada Diagon Alley di film Harry Potter |
![]() |
Salah satu sudut di gang, book box. kita bisa mengambil buku disini dengan menukarnya dengan buku lain. ide yang bagus |
Piazza Tito, alun-alun utama Koper dengan latar Praetorian Palace Bell tower disebelah Praetorian Palace
Stolnica Duomo dan Bell Tower. Konon lonceng yang ada di menara adalah lonceng tertua di Slovenia
Pintu utama Stolnica Duomo Gelato Italy
Makan Gelato sendiri
Kucing Slovenia... sama aja mukanya
Kalau dilihat dari foto-foto diatas terkesan tidak mungkin kalau kota ini bisa selamat dari gempuran modernisasi dan reklamasi di sekelilingnya, padahal begitu keluar dari gang sempit kota ini kita akan kembali disuguhkan dengan pemandangan kota modern, industri, dan jalan raya yang lebar. Bersama kota Ankaran, Piran, Izola dan Portoroz pemerintah setempat melarang segala pembangunan yang dapat merusak keaslian kota tua, sebagian besar penduduk tinggal di dalam ring kota tua dan bekerja di luar ring kota, sehingga modernisasi kota sifatnya menopang kebutuhan penduduk yang tinggal di kota lama, bukan menggantikan kota lama menjadi kota yang baru.
Ya inilah kehebatan konservasi di Slovenia, walaupun kebutuhan industri dan perdagangan mendesak untuk pembangunan yang sangat cepat tetapi bisa juga menjaga pelestarian kota cagar budaya sehingga orang-orang disini bisa merasakan kegemilangan Koper sebagai kota pelabuhan penting di abad pertengahan dan masa sekarang.
Semoga saja hal ini bisa diimplementasikan di kota-kota pelabuhan tua di Indonesia seperti di Donggala, Sulawesi Tengah.
Malam sudah semakin larut, saya dan teman-teman akan meninggalkan kota ini untuk menuju tempat lainnya di Eropa.
Koper, Slovenia
13 April 2015
Rasa gelatonya sama gk kyk yang di Indonesia? haha
BalasHapuswww.littlenomadid.com
Halo Velysia. rasa gelato yang di sini rasanya biasa saja. di Indonesia sepertinya banyak yang lebih enak... hehe... Tapi kalau rasa gelato di Giolitti Roma itu udah paling enak sejagad. bisa baca cerita saya di http://galihmulya.blogspot.com/2015/05/giolitti-gelato-matahari-siang-ini.html
Hapusakh.... ;(( pengen kesanalah...
BalasHapusjangan lupa mampir ke ke blog ala-ala gue di www.travellingaddict.com
saya sudah mampir di Blog nya, wah seru... apalagi cerita terbarunya di Toul Sleng (m)
Hapuskucing Slovenia. sama aja mukanya.... :))
BalasHapusmasih bagus kucing Roma ya
Hapus