Selasa, 21 Juli 2015

MENGENAL FIGUR DI DALAM MAHAKARYA RAPHAEL, THE SCHOOL OF ATHENS.


Pernakah kalian berfikir tentang keberadaan kita dan apa tujuan kita hidup di bumi. Pernahkah kita bertanya tentang bagaimana kehidupan ini terbentuk dan dibuat dari apa alam semesta ini. Lalu sedikit demi sedikit mempertanyakan eksistensi manusia, alam semesta dan sang pencipta.. Oh ini sungguh pertanyaan filsafat. Saya jadi teringat kutipan dari penyair Jerman, Goethe "Orang yang tidak dapat belajar dari masa tiga ribu tahun berarti dia tidak memanfaatkan akalnya". Kenapa harus masa tiga ribu tahun ? karena pertanyaan saya diawal itu telah ditanyakan oleh manusia sekitar rentang tiga ribu tahun yang lalu, dan apa yang terjadi hari ini adalah hasil dari perkembangan pemikiran-pemikiran pada masa itu, tapi saya tidak akan menceritakan isi filsafatnya disini. 

Salah satu alasannya saya berangkat menuju ke Vatican adalah untuk melihat sebuah karya masterpiece dari Raphael yang berjudul The School of Athens, sebuah lukisan fresco yang dilukis di dinding Stanza della segnatura di Istana Apostolik Vatican yang sekarang menjadi Museum Vatican. Pertama kali masuk ke dalam Stanze di Raffaello sebenarnya saya sudah kagum, karena dulunya ini adalah apartement Paus Julius II di abad ke-15 yang sangat menyukai seni dan sebagai pendorong era High Rennaisance. Stanza della segnatura sendiri merupakan ruangan perpustakaan Paus Julius II, dan di ruangan inilah lukisan fresco The School of Athens yang tersohor itu berada.  

Lukisan The School of Athens di dinding ruang Stanza della Segnatura
Sepengetahuan saya di awal-awal abad pertengahan, antara Agama dan filsafat klasik memiliki sejarah yang kurang baik, Pembubaran Akademus Plato dan hukuman mati mewarnai era itu hingga munculnya gerakan Rennaisance di abad ke-14 yang mulai menggali lagi kebudayaan Romawi-Yunani sebagai kajian, tak terkecuali filsafat Yunani yang menempatkan manusia sebagai subjek utama. Filsafat Yunani menempatkan akal sebagai sumber kebenaran, oleh karena itu Raphael menempatkan lukisan ini di perpustakaan Paus Julius II sebagai pengingat atas sumbangsih pemikir-pemikir filsafat dari zaman Yunani Kuno hingga abad pertengahan. 

The School of Athens

Memasuki Stanza della segnatura saya langsung tertegun lama melihat karya ini. Banyak turis yang keluar masuk dan memfoto karya ini, tapi saat itu cuma saya yang melihat secara detail lukisan fresco ini. Pikiran saya seolah-olah kembali ke tahun 1509, membayangkan ketika Raphael berdiri di tempat saya berdiri dan sedang menyelesaikan karya ini. Tapi yang membuat saya lebih penasaran lagi adalah mencoba menembus isi kepala Raphael yang melukis setiap figur yang ada di dalam lukisan freskonya. Oleh karena itu saya harus lebih mundur lagi satu milenium (1000 tahun) dari waktu Raphael melukis karya ini untuk lebih mengenal objek dan figurnya. 

Latar Lukisan 

The Architecture
Reruntuhan Basilica of Maxentius di Roman Forum
Melihat latar tempat para filsuf ini berkumpul mengingatkan saya kepada Akademi Plato, akademi tertua di dunia dimana para filsuf dari penjuru Yunani berkumpul di Athena. Nama Akademi sendiri berasal dari nama pahlawan mitologi Yunani yaitu Akademos, dan akhirnya menjadi inspirasi untuk membuat perguruan tinggi hingga saat ini yang tersebar diseluruh dunia. Arsitektur yang menjadi latar dari akademi ini sepertinya terinspirasi dari karya Donato Bramante yang pada saat itu sedang marak dibangun di Roma, termasuk blue print dari Basilica St Peter yang dirancangnya. tapi dilihat dari model lengkungan atapnya justru mengingatkan saya kepada Basilica of Maxentius yang dibangun tahun 308 di area Roman Forum. Mungkin visi Raphael dan Paus Julius II menjadikan Basilica di Roma sebagai pusat ilmu pengetahuan seperti Akademi Plato di Athena yang telah ditutup berabad-abad sebelumnya. 

Plato 

Plato
Inilah salah satu dari objek utama lukisan ini. Plato hidup di masa tahun 427 SM - 347 SM dan dia adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea, Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia.Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Di dalam lukisan ini Plato membawa buku Timaeus yang berisi dialog-dialog dengan Socrates, Hermocrates dan Critias dengan telunjuk tangan kanan yang menghadap keatas. Yang menarik, figur Plato di dalam lukisan ini secara fisik merupakan perwujudan Leonardo da Vinci, sebagai penghormatan Raphael kepada maestro Rennaisance besar pada masa itu. Wajah Leonardo da Vinci pun digunakan sebagai wajah plato di lukisan ini. Jadi bila kalian penasaran seperti apa sih wujud dan sosok Leonardo da Vinci itu, maka lihatlah figur Plato di lukisan ini. 

Aristoteles

Aristoteles
Ini sosok selanjutnya yang sangat penting, terutama dalam pemikiran manusia saat ini. Aristoteles hidup di masa tahun 384 SM - 322 SM dan dia adalah murid Plato yang paling cemerlang menurut saya. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sebagai seorang murid bahkan dia berani mempunyai pemikiran yang bertentangan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. di dalam lukisan ini Aristoteles memegang buku Etika Nikomakea yang berisi tentang kebajikan dan karakter moral. Aristoteles mempunyai murid yaitu Alexander yang kelak menjadi penguasa sepertiga dunia dan diberi julukan Alexander the Great. Wajah Giuliano da Sangallo dipilih oleh Raphael sebagai pengisi wajah karakter Aristoteles. Giuliano da Sangallo sendiri adalah arsitek dan pematung Roma yang saat itu bersama-sama Raphael ikut terlibat dalam pembangunan Basilika St Peter. 

Socrates

Socrates
Ini adalah sosok paling penting pada masa Filsafat Yunani, Socrates hidup di masa tahun 469 SM - 399 SM dan dia adalah guru dari Plato. Semasa hidupnya Socrates tidak menelurkan tulisan sedikitpun, semua pemikiran tentang dirinya justru ditulis oleh muridnya yaitu Plato. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode Elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum. Socratis dijatuhi hukuman mati dengan cara meminum racun cemara di hadapan dewan Athena karena dianggap merusak generasi muda saat itu. Sebetulnya dia bisa saja selamat dengan hukuman yang lebih ringan, tetapi dia lebih memilih mati diatas kebenaran yang diyakininya. Menurutnya fisik manusia tidak dapat menahan kebenaran itu sekalipun nyawa taruhannya. Kematian tragis ini kelak akan terjadi pada Yesus, ketika dia disalib. 

Alexander the Great

Alexander the Great
Sosok yang satu ini adalah sosok yang berpengaruh di sejarah kebudayaan Hellenik, ya dialah Alexander III yang hidup di masa tahun 356 SM - 323 SM, raja dari Macedonia yang menyatukan sepertiga dunia di dalam satu kebudayaan Helenik Yunani. Kerajaannya terbentang dari Laut Ionia sampai Pegunungan Himalaya. Jika pada tahun 480 SM Persia menguasai Athena melalui Xerxes dan membakar Acropolis Athena, pada tahun 334 SM kebalikannya, Alexander yang menguasai Persia dan membakar Persepolis di Persia. Polemik internal di Persia membuat Xerxes dan ayahnya Darius terbunuh. Ada yang bilang ini adalah pembalasan dendam Yunani terhadap Persia. Diluar dari itu semua saya melihat adanya kecerdasan Alexander dalam berkampanye untuk mengusasai dunia. Ternyata semua ini tidak terlepas dari Aristoteles sebagai guru dari Alexander. Mereka sama-sama dilahirkan di Macedonia dan Aristoteles mengajarkan banyak ilmu kepada Alexander. Sumbangsih terbesar dalam peradaban manusia adalah pendirian Alexandria sebagai pusat ilmu pengetahuan dan mendirikan perpustakaan besar disana. Hal ini terasa ketika kota Alexandria jatuh ke tangan Islam dan melahirkan filsuf-filsuf islam yang ternama. Apabila pada abad pertengahan Eropa jatuh kedalam zaman paling gelap, di dunia Islam justru kebalikannya, pada abad-abad itu banyak sekali ilmu pengetahuan yang lahir di bawah filsuf-filsuf Islam. 

Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd
Dia adalah satu-satunya sosok filsuf Islam yang dilukis oleh Raphael di lukisan ini. Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba pada tahun 1128 Masehi. Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.

Zeno 

Zeno
Zeni hidup diantara tahun 334 SM - 262 SM, dia adalah pendiri sekolah filsafat Stoic. Inti filsafat stoik terletak dalam pandangan bahwa tidak ada autoritas yang lebih tinggi daripada nalar. jika kita menelusuri konsekuensi-konsekuensi dari pandangan itu, kita akan sampai pada sebagian besar pokok ajaran stoikisme.

Inti ajaran stoik dalam memandang dunia ialah bagaimana memahami apa yang menjadi penyususn kebaikan dan apa yang paling sesuai dalam kehidupan ini bagi penghidupan manusia. Sementara banyak pemikir yang berpegang pada kekayaan dan kesehatan, stoik berpegang teguh pada kriteria bahwa yang hakiki harus baik di segala kondisi. Tidak selamanya kekayaan itu baik, jika hal itu membuat dirinya atau orang lain menjadi susah atau rusak. Bahkan kesehatan yang berjalan kearah kekuatan dianggap tidak baik, jika membahayakan diri sendiri dan orang lain. Stoik menyimpulkan bahwa satu-satunya kebaikan yang tidak memiliki cacat adalah kebajikan.

Epicurus 

Epicurus
Epicurus hidup diantara tahun 341 SM - 271 SM adalah seorang filsuf yang mendirikan Aliran Epikureanisme. Aliran tersebut didirikan bersama teman-temannya, yaitu Metrodoros, Hermarkhos, dan Polyaenos. Aliran Epikureanisme termasuk dalam salah satu aliran yang sangat berpengaruh terutama pada masa Filsafat Helenistik.

Inti ajaran Epicurus adalah etika tentang kebahagiaan hidup merupakan sebuah kenikmatan. Kenikmatan adalah satu-satunya yang baik, serta menjadi awal dan tujuan hidup yang bahagia. Segala macam keutamaan, moral misalnya, hanya memiliki arti sejauh membawa manusia pada rasa nikmat.

Kenikmatan itu sendiri didefinisikan oleh Epicurus sebagai keadaan negatif, yakni tidak adanya rasa sakit dan kegelisahan hidup. Menurutnya, kenikmatan indrawi memang diperlukan, namun kenikmatan yang jauh lebih penting adalah ketenangan jiwa (dalam bahasa Yunani disebut ataraxia). Cara untuk mencapai ataraxia ini adalah dengan mengalahkan rasa takut kepada kematian.

Anaximander

Anaximander
Anaximander yang hidup diantara tahun 610 SM -546 SM adalah seorang filsuf dari Aliran Miletos dan merupakan murid dari Thales. Menurut tradisi Yunani kuno, Anaximander memiliki jasa-jasa di dalam bidang astronomi dan geografi. Misalnya saja, Anaximander dikatakan sebagai orang yang pertama kali membuat peta bumi. Usahanya dalam bidang geografi dapat dilihat ketika ia memimpin ekspedisi dari Miletos untuk mendirikan kota perantauan baru ke Apollonia di Laut Hitam. Selain itu, Anaximander telah menemukan, atau mengadaptasi, suatu jam matahari sederhana yang dinamakan gnomon. Ditambah lagi, ia mampu memprediksi kapan terjadi gempa bumi. Dia juga menyelidiki fenomena-fenomena alam seperti gerhana, petir, dan juga mengenai asal mula kehidupan, termasuk asal-mula manusia.

Pythagoras

Pythagoras
Zaman kita sekolah dulu pasti sering mendengar nama ini di pelajaran matematika, terutama untuk menghitung segitiga. Ya dialah Pythagoras yang hidup diantara tahun 582 SM – 496 SM adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.

Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan.

Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis.

Antisthenes

Antisthenes
Antisthenes yang hidup diantara tahun 445 SM - 365 SM adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Aliran Sinisme. Dia adalah pendiri aliran tersebut dan guru dari Diogenes dari Sinope. Antisthenes adalah salah satu murid Socrates, dan ia mengklaim diri sebagai penerus spiritual dari gurunya itu. Sebelum Antithenes belajar pada Socrates, ia pernah belajar pada filsuf Gorgias.

Antisthenes tidak terlalu mementingkan konsep-konsep filsafat, melainkan mempelajari etika. Etika dipandangnya sebagai bagian paling penting dari filsafat dan juga sebagai keutamaan tertinggi yang patut dicari oleh manusia. Antisthenes berpendapat bahwa manusia mempunyai keutamaan bila ia dapat melepaskan diri dari segala barang duniawi dan segala macam kesenangan, sebagaimana telah dipraktikkan oleh Socrates. Kesenangan adalah musuh yang menghalangi kebahagiaan manusia. Seorang bijaksana tidak akan tergantung dari apa pun juga dan hidup dengan mencukupi dirinya sendiri.

Parmenides

Parmenides
Parmenides hidup di rentang tahun 540 SM - 470 SM adalah seorang filsuf Aliran Elea. Ia merupakan murid dari Xenophanes, namun tidak mengikuti pandangan-pandangan gurunya. Pemikiran yang paling terkenal dari Parmenides adalah tpemikiran tentang "Yang Ada"

Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini. Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!" di sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia "yang ada". Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan. Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan "Tuhan itu tidak ada". Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri. Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin. Oleh karena "yang ada" itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.

Heraklitus

Heraklitus
Heraklitus yang hidup direntang tahun 540 SM - 480 SM adalah seorang filsuf dari Efesus di Asia Kecil yang tidak tergolong aliran apapun. Di dalam tulisan-tulisannya,ia justru mengkritik dan mencela para filsuf dan tokoh-tokoh terkenal, seperti Homerus, Arkhilokhos, Hesiodos, Phythagoras, Xenophanes, dan Hekataios. Meskipun ia berbalik dari ajaran filsafat yang umum pada zamannya, namun bukan berarti ia sama sekali tidak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf itu

Pemikiran Heraklitus yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-perubahan di alam semesta. Menurut Heraklitus, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya panta rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap."

Yang menarik dari figur Heraklitus ini adalah secara fisik merupakan perwujudan dari Michelangelo, seniman besar High Rennaisance yang melukis fresco di Sistine Chapel Vatican yang terkenal itu. nanti saya akan membuat tulisan khusus mengenai itu. 

Diogenes

Diogenes
Diogenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Sinope yang hidup pada tahun 404 SM - 323 SM. Setelah diusir dari kota asalnya, Diogenes pindah dan menetap di Athena. Ia diusir dari kota kelahirannya karena ayahnya, telah menghancurkan nilai mata uang di sana.

Diogenes banyak dipengaruhi oleh pemikiran Antithenes, pendiri Aliran Sinisme, yaitu aliran yang berakar pada ajaran Sokrates. Karena itu, Diogenes dari Sinope berpendapat, seperti Socrates, bahwa manusia haruslah memiliki keutamaan tentang yang baik. Diogenes berpendapat bahwa keutamaan tentang yang baik adalah ketika manusia memiliki rasa puas diri dan mengabaikan segala kesenangan duniawi.

Dalam satu cerita disebutkan Diogenes pernah dikunjungi oleh Alexander Agung. Ketika itu Diogenes sedang berjemur dibawah terik matahari pagi. Alexander Agung bertanya kepadanya, "Apa sebenarnya yang engkau kehendaki wahai Diogenes? Sebutkan keinginanmu dan akan kupenuhi apapun itu." Diogenes dengan enteng hanya menjawab, "Pergilah, jangan menghalangi cahaya matahari menyinariku!" Hal itu menunjukkan betapa Diogenes sangat konsisten terhadap pandangan hidupnya tentang kesederhanaan dan penolakan terhadap segala bentuk kuasa dan kesenanganan

Diogenes dari Sinope dikenal dengan sebutan "si anjing" . Hal itu dikarenakan ia sangat berani dalam menyatakan pandangannya layaknya seekor anjing yang menyalak. Karena sikapnya yang jauh menyimpang dari gaya yang santun, Plato memberinya julukan sebagai "Socrates yang Pemarah".

Euclid

Euclid
Euclid hidup sekitar abad ke-4 SM dan lebih dikenal dengan "Bapak Geometri" adalah seorang matematikawan yunani yang berasal dari Alexandria, Mesir.

Bagi Euclid, matematika itu penting sebagai bahan studi dan bukan sekedar alat untuk mencari nafkah. Ketika ia memberi kuliah geometri pada seorang raja, baginda tersebut bertanya, "Tak adakah cara yang lebih mudah bagi saya untuk mengerti dalam mempelajari geometri?". Euclid menjawab, "Tak ada jalan yang mudah untuk mengerti geometri, bahkan bagi seorang raja sekalipun. Setiap orang harus berpikir ke depan tentang dirinya apabila ia sedang belajar".

Figur Euclid di dalam lukisan ini merupakan perwujudan dari Donato Bramante, sang arsitek besar pada zaman Rennaisance yang sekaligus juga perancang awal Basilica St Peter.

Plotinus

Plotinus
Plotinus hidup di tahun 204 SM - 270 SM dan dia adalah seorang filsuf yang mendirikan aliran Neo-Platonisme. Plotinus menjadikan pemikiran Plato sebagai inspirasi utamanya. Akan tetapi, pemikiran Plato tersebut digabungkan dengan berbagai aliran filsafat lain pada masanya, termasuk aliran filsafat Timur.

Salah satu pemikiran yang paling terkenalnya yaitu tentang "Yang Esa". Terkadang "Yang Esa" disebut juga sebagai "Yang Baik". "Yang Esa" tersebut tidak dapat dibicarakan, tidak dapat dipikirkan, dan tidak dapat diidentifikasikan. Ia bukan sesuatu dan juga bukan roh. Tidak ada atribut yang melekat kepadanya. Kemudian "Yang Esa" itu merupakan asal dan tujuan segala sesuatu.

Ptolemy

Ptolemy
Claudius Ptolemaeus atau Ptolemy yang hidup di tahun 90 – 168, adalah seorang ahli geografi, astronom, dan astrolog yang hidup pada zaman Helenistik di provinsi Romawi, Aegyptus. Ptolemy merumuskan model geosentrik yang diterima secara meluas sehingga digantikan oleh sistem suria heliosentrik oleh Copernicus.


Ptolemy adalah pengarang beberapa risalah ilmiah, tiga di antaranya kemudian memainkan peranan penting dalam keilmuwan Islam dan Eropa. Yang pertama adalah risalah astronomi yang dikenal sebagai Almagest. Almagest berisi tentang katalog bintang di langit yang dapat dilihat oleh Ptolemy. Yang kedua adalah Geographia, yang merupakan diskusi teliti mengenai pengetahuan geografi Helenistik. Yang ketiga adalah risalah astrologi dikenal sebagai Tetrabiblos dimana dia berusaha mengadaptasi astrologi horoskop ke filosofi alam Aristotelian. Ia juga melestarikan daftar raja-raja kuno, disebut "Kanon Ptolemaeus", yang penting bagi penelitian sejarah Timur Tengah.

Zarathustra 

Zarathustra

Zarathustra atau Zoroaster adalah tokoh tertua yang ada di lukisan School of Athens ini. Hidup di rentang tahun 1100 SM - 550 SM. Dia adalah seorang nabi dari Persia (Kini disebut Iran). Dia juga pencetus dan imam pengajar Zoroastrianisme yang dianut oleh bangsa Persia.

Sebelum Zarathustra lahir, agama yang ada di Iran (Persia) bersumber pada macam-macam ajaran, seperti politeisme, paganisme, dan animisme. Zarathustra yang merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran yang berkembang di Iran pada waktu itu berusaha membawa pembaruan. Zarathustra dikenal sebagai nabi yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan melakukan berbagai mujizat.

Zarathustra berusaha memperbaiki sistem kepercayaan dan cara penyembahan kepada dewa-dewa yang berkembang di Persia. Dasar ajaran dari Zarathustra adalah monotheisme, yaitu menyembah hanya satu Tuhan. Menurut legenda, pada umur 30 tahun, Zarathustra mendapatkan sebuah penglihatan, ia melihat cahaya besar yang kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda, Ahura (Tuhan) dan Mazda (kebijaksanaan). Sejak perjumpaannya itu Zarathustra menjadi semakin giat menyebarkan ajaran yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Ahura Mazda.

Hypatia

Hypatia
Hypatia merupakan satu-satunya figur filsuf wanita pada lukisan ini. Pada abad klasik dan pertengahan wanita sering dianggap sebagai setengah pria, baik dalam hak berfikir maupun hak berpolitiknya. Hypatia berasal dari Alexandria dan dia hidup di tahun 370 – 415. hypatia adalah wanita pertama yang memberi sumbangsih bagi perkembangan matematika. Hypatia adalah anak dari matematikawan, filsuf dan kepala museum Alexandria bernama Theon. Belajar matematika lewat bimbingan dan ajaran sang ayah. Prestasi tertinggi Hypatia adalah menjadi kepala sekolah Platonist di Alexandria sekitar tahun 400. Hypatia mengajar matematika dan filsafat, terutama filsafat neoplatonisme. Hypatia mengajar ide-ide filosofi dengan penekanan lebih banyak pada sisi ilmiah dibandingkan. Hypatia digambarkan sebagai guru yang mempunyai kharisma.

Hypatia selalu gerah dengan kebenaran yang tak boleh dipertanyakan. Ia dibungkam karena meyakini bahwa pencarian terhadap “Yang Kekal” bukanlah sebuah destinasi yang selalu pasti, tapi perjalanan yang kerapkali diganggu sikap limbung. Untuk keyakinan itu, ia akhirnya harus dibunuh dengan hukuman yang sangat barbar. Ditelanjangi, disayat, dan dibakar. Usianya 60 tahun dan ia masih perawan. salah satu kematian tragis yang dialami para pemikir masa lalu.

The School of Athens

Setelah mengenal semua figur yang ada dalam lukisan ini saya jadi tertarik dengan Filsafat, tentang bertanya dan berfikir. Tentang mencari jawaban tentang apa maksud dan tujuan hidup saya sekarang. Betul juga apa kata Goethe "Orang yang tidak dapat belajar dari masa tiga ribu tahun berarti dia tidak memanfaatkan akalnya". Jikalau orang-orang terdahulu tidak berkorban untuk kebenaran, mungkin saat ini kita masih tinggal di Bumi yang datar dan masih menganggap bahwa diujung samudra akan ada laut yang tumpah. Atau bila tidak ada Aristoteles mungkin sekarang kita akan kesulitan untuk mengenal kasifikasi makhluk hidup di Bumi. 

Mengingat pernyataan seorang filsuf besar dari Perancis , Rene Descartes "Cogito Ergo Sum" yang artinya adalah: "aku berpikir maka aku ada". Maksudnya kalimat ini membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri. 

Raphael sendiri melukis lukisan School of Athens ketika usianya msih 25 tahun, dan saya membayangkan dengan umur semuda itu dia sudah melanglang buana menembus dimensi waktu untuk lebih mengenal para pemikir pendahulu. dan dengan karyanya lah saya sendiri seolah ikut tersedot kedalam dimensi waktu dan dunia filsafat yang dibentuk oleh Raphael. Tidak salah apabila karya ini menjadi salah satu karya seni besar bagi peradaban umat manusia, dan saya merasa sangat beruntung sekali bisa menyaksikan dan menelaah langsung karya ini di tempat dimana karya ini dibuat. 

Figur Raphael yang dia lukis sebagai dirinya sendiri menyelinap diantara Zarathustra dan Ptolemy. Dan dia seolah-olah memandang kearah saya untuk menceritakan semua ini. 

Informasi tentang sejarah figur filsafat di dalam lukisan fresco The School of Athens ini saya dapatkan ketika berada di Museum Vatican dan dari beberapa buku dan Wikipedia ketika sedang berada di Roma, jadi apabila teman-teman pembaca mempunyai masukan tambahan silahkan ditulis di kolom komentar dibawah.

Terimakasih, 

Vatican, 22 Mei 2015


Kamis, 02 Juli 2015

ALTARE DELLA PATRIA, MONUMEN UNTUK BAPAK BANGSA ITALIA



Setiap bangsa pasti punya sejarah tentang pendirinya atau founding fathers, sama seperti Indonesia dengan Presiden Sukarno atau di China dengan Mao Zedong. Nah di Italia pendiri bangsanya yaitu Victor Emmanuel II.

Jadi setelah keruntuhan kekaisaran Romawi sekitar abad ke-5, semenanjung Italia Italia terpecah-pecah menjadi beberapa kota, dan negara regional (seperti Republik VenesiaKerajaan SardiniaMilan, dan negara-negara kepausan). Nah Victor Emmanuel II adalah Raja keturunan Wangsa Savoy dari Kerajaan Sardinia yang memimpin penyatuan kembali Italia ditengah keruntuhan Napoleon dan perang Perancis dan Prusia. Proses unifikasi ini disebut juga sebagai il Risorgimento. Melalui serangkaian kerusuhan atau disebut pula perang kemerdekaan, akhirnya proses Unifikasi ini berhasil pada tahun 1861 dan Raja Victor Emmanuel II menjadi Raja pertama di Italia sampai wafatnya tahun 1878. Sejak saat itu Raja Victor Emmanuel II dinobatkan sebagai Bapak Pendiri Bangsa Italia.

Untuk menghormati Raja Victor Emmanuel II ini maka dibangunlah monument besar berbahan marmer putih di tengah kota Roma yang diberi nama Altare Della Patria atau disebut juga sebagai Altar of the Fatherland yang di dedikasikan untuk Raja pertama yang menyatukan kembali Italia. Struktur bangunan ini dirangcang oleh Giuseppe Sacconi di tahun 1885 dan selesai pada tahun 1925. Pematung-pematung ternama di seluruh Italia ikut terlibat dalam membangun monument ini diantaranya Leonardo Bistolfi dan Angelo Zanelli.


Pertama kali saya melihat Altare Della Patria yang megah.

Altare Della Patria adalah salah satu tujuan wajib saya waktu berkunjung ke Roma. Bangunan ini terlihat megah dengan warna putih marmer dan sangat kontras dengan warna dan bangunan disekitarnya, bahkan di seantero kota Roma. Bila berjalan kaki dari Piazza Del Popolo akan terlihat bila Altare Della Patria ini satu axis garis lurus melewati Via del Corso. Jadi saking pentingnya monument ini sampai diletakan di "Pusat" nya kota Roma. Terdapat api abadi di altar monument ini, hal ini untuk memperingati pahlawan dan tentara tanpa nama yang dimakamkan disini selama perang kemerdekaan.

Beberapa patung di Altare Della Patria, salah satu yang terkenal adalah Patung Victor Emmanuel II yang sedang naik kuda dan The Quadriga dell'Unità yang ada di puncak monument.

Salah satu patung di Altare Della Patria

Patung Il Pensiero, karya Giulio Monteverde

Api Abadi yang ada di altar sebagai peringatan untuk makam pahlawan dan tentara tanpa nama

Salah satu patung di Altare Della Patria

Ada sesuatu yang janggal ketika saya datang kesini yaitu gaya bangunan ini yang tidak seperti bangunan Romawi kebanyakan. Bangunan ini dibangun dengan gaya Yunani Teutons dengan inspirasi dari karya-karya arsitek Jerman Leo Von Klenze yang terkenal dengan aliran Greek Revival pada zamannya. Ternyata hal ini bukan saja mengganjal pikiran saya, tapi juga pernah menjadi hal yang kontroversial di Roma pada masa pembangunannya. Selain gaya yang bukan ciri khas Romawi, lokasi bangunan ini juga dianggap sangat kontroversi karena dibangun di Capitolline Hill, salah satu tujuh bukit yang ada di Roma. Pembangunan ini dianggap telah merusak lokasi bersejarah kota tua Roma, apalagi lokasinya sangat berdekatan dengan Roman Forum dan Piazza Campidoglio yang banyak peninggalan Zaman Romawi dan Zaman Renaissance. Beberapa orang malah menyebut bangunan ini sebagai "The Wedding Cake" raksasa di Roma.

Diluar dari segala kontroversinya, menurut saya Altare Della Patria adalah sebuah masterpiece dan landmark dari kebangkitan Italia sendiri. Sebuah lambang dari tumbuhnya sebuah harapan baru diatas reruntuhan Romawi yang pernah menguasai seperempat dunia pada zamannya. Harapan yang berhasil disatukan kembali melalui perjuangan seorang Victor Emmanuel II dari Pulau Sardinia.


Roma, 19 April 2015