Kamis, 03 Desember 2015

KATHMANDU : SUBHA PRABHAT BOUDHANATH




Pelan-pelan angin dingin menyentuh kulit saya yang masih tidur di kasur, saya kemudian menarik selimut dan berniat kembali tidur. Tak beberapa lama suara lonceng terdengar beberapa kali dan suara derap langkah kaki ratusan orang terdengar dan membuat saya terbangun. Dengan setengah sadar saya membuka mata dan melihat jam yang menunjukan jam 6 pagi. Saya langsung beranjak dari tempat tidur lalu pergi ke arah jendela kamar yang sudah terbuka dengan senangnya dan saya langsung berucap :

"SUBHA PRABHAT BOUDHANATH"

( Selamat Pagi Boudhanath)

Stupa Boudhanath sebelum gempa (sumber Thousandwonders.net)


Pagi ini adalah pagi pertama saya di Nepal. Setelah malam sebelumnya mengalami keribetan dengan mencari angkutan mobil dari Bandara Tribhuvan dan susahnya berkomunikasi dengan supir untuk menemukan hotel ini. Hotel tempat saya tinggal selama di Kathmandu adalah "Happiness Guest House" yang lokasinya tebat di depan Boudhanath Stupa. Saya memilih hotel ini agar bisa merasakan suasana spiritual umat Buddha Tibetan yang sedang beribadah Kora (Tawaf) mengelilingi salah satu stupa terbesar di dunia ini.

Kamar di Happiness Guest House, langsung menghadap Stupa

Pemandangan dari kamar, langsung menghadap Stupa

Pemandangan dari kamar, melihat orang tawaf

Saya bergegas mengambil jaket, keluar kamar dan langsung turun ke bawah dan bertemu dengan ratusan orang yang sedang tawaf pagi. Teman-teman saya yang lain sepertinya sudah menyebar mengambil foto dan video di sekitar Boudhanath.



Roda doa, Jemaat berputar mengelilingi stupa sambil memutar roda doa yang ada di dalam jeruji.

Suasana syahdu sangat terasa, walaupun disini banyak orang tapi sangat tidak berisik. Semua orang mengucapkan mantra "Om Mani Padme Hum" sambil berputar dan menyentuh roda roda besi yang terukir mantra-mantra di permukaanya.

Seperti alam semesta yang semuanya berputar, disini saya melihat ribuan burung merpati terbang memutari Stupa juga. Pagi ini merupakan pagi yang paling ajaib selama hidup saya. Saya juga mencium aroma dupa dan asap lilin minyak yang dipakai sebagai persembahan dan doa untuk Tuhan.

Burung merpati di sekitar Boudhanath

Asap Dupa di depan Boudhanath.

Walaupun saya bukan umat Buddha, tapi saya ikut memutari Stupa sambil memutari roda-roda besi yang ada di sekeliling Stupa. Saya kagum melihat semua yang sedang beribadah disini. Tak jarang saya melihat beberapa orang yang berputar sambil tengkurap dan berjuang mengelilingi Stupa beberapa kali. Saya juga melihat ada orang Amerika berpakaian kain merah yang sepertinya sudah berpindah keyakinan ke agama Buddha dan sedang berziarah ke Kathmandhu ikut mengelilingi Stupa ini sambil diantar oleh ibunya yang masih memakai baju biasa, Ohh, pemandangan yang damai. Semua berputar atas nama Tuhan dan Semesta.

Mengelilingi Boudhanath sambil tengkurap

Biksu di Boudhanath

Biksu yang sedang berdoa dan membacakan mantra di depan Boudhanath malam hari.

Penjual lilin

Pada malam hari beberapa Biksu banyak yang membacakan mantra di depan stupa ini sambil membunyikan lonceng dan gendang khas Tibet. Suasana semakin syahdu karena di beberapa sudut banyak penjual lilin minyak yang menyalakan ratusan lilinnya dan membuat malam di Boudhanath menjadi semakin sakral.

Tidak semua didominasi umat Buddha, di kawasan ini saya juga bertemu pedagang kain muslim asal New Delhi India yang baik, namanya Amir. Dia banyak membantu saya untuk menunjukan tempat makan, tempat penukaran uang maupun tempat sewa mobil yang murah.

Foto-Foto sejarah Boudhanath 

Stupa Boudhanath merupakan situs cagar budaya yang semenjak tahun 1979 telah masuk ke daftar World Unesco Heritage Site. Jauh sebelumnya situs ini berdiri di jalur perdagangan antara Nepal dan Tibet dan jadi tempat transit pedagang Buddha dari tibet. Tahun 1950an terjadi pengungsian besar-besaran warga Tibet yang lari di negrinya karena penguasaan dari Tentara Pembebasan Rakyat RRC di Tibet dan mendirikan kawasan pemukiman di sekitar Boudhanath, Kathmandu. Sekarang kawasan ini menjadi salah satu kawasan paling rapih dan bersih di Kathmandu. Di sekitar Boudhanath dibangun 50 Monastery atau biara yang menunjang segala aktifitas dan pendidikan umat Buddha Tibetan atau yang ingin mendalami ajaran Buddha.

Gerbang menuju kawasan Boudhanath. 


Kondisi Stupa Boudhanath setelah gempa, sedang direnovasi besar-besaran.
Stupa Boudhanath mengalami kerusakan cukup serius akibat gempa besar di Nepal bulan April 2015 lalu dan  mengakibatkan renovasi besar-besaran. Walaupun kondisinya seperti ini tetapi tidak mengurangi sedikitpun kesakralan tempat ini. Boudhanath masih memberi energi yang luar biasa bagi peziarah dan pencari ketenangan spiritual.

"Om Mani Padme Hum"


Kathmandu, 14 Oktober 2015














12 komentar:

  1. Balasan
    1. itu mantra welas asih Avalokitesvara Bodhisattva dari bahasa Sanskrit Nis. Melambangkan cinta kasih universal dan perlindungan dari semua Bodhisattva.. :)

      Hapus
  2. pengen ke sana juga & bangun tidur terus liat pemandangan stupa boudhanath dari jendela kamar & denger suara lonceng. kayaknya magis banget rasanya ya lih. adem gimana gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Magis banget Ulu...sebelumnya terimakasih udah bookingin hotel di sini... suatu saat Ulu harus coba :)

      Hapus
  3. Wah.. ada semacam thawaf juga ya di Buddha. Menarik untuk dicari tahu makna filosofinya, apakah sama dengan thawaf di Islam? Siapa tau ada benang merahnya (selain worshiping Tuhan).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Ilma, namanya Kora. sebenernya Kora ada juga yang nyusurin jalan. di Tibet biasanya orang Kora bisa puluhan kilometer. Kora yang di Boudhanath juga ada itungannya dalam setiap putaran baca mantra. Kalau berputar emang di dalam kosmologi Budha juga putaran, bedanya dengan Thawaf di Kabah Mekah, beda arah aja. di Mekah berlawanan arah jarum jam, kalau di Boudhanath searah jarum jam. :)

      Hapus
  4. Wow sudah pembangunan kembali yah, cukup menarik utk dikunjungi
    Gue kemarin ke everest melalui tibet bkn nepal
    www.globepin.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah iya, saya sudah baca blog Mas Hanggono. sepertinya seru ya lewat Tibet, infrastrukturnya jauh lebih baik daripada di Nepal. Saya ada rencana juga kesana, tapi sebelumnya mau mempelajari dulu lewat www.globepin.blogspot.com . :)

      Hapus
    2. Aku pengen juga ke Tibet, cuma kabarnya harus berkelompok minimal empat orang dengan passport yang sama ya?

      Hapus
  5. Hallo Galih, aku suka banget nih baca blog mu. Gambarnya natural dan keren-keren. Khusus untuk Nepal, semuanya bikin aku kangen dan pengen balik lagi ke Negara itu. Btw, penginapanmu eksotis banget. Kayaknya boleh juga nih, seandainya balik lagi ke Nepal aku nginep di daerah ini dibandingkan di Thamel.

    Salam kenal yaaa :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mas Bart, wah senang dikunjungi blog saya :). Iya Nepal memang ngangenin. Orang-orangnya lebih ramah daripada di India. Wah harus banget nginep di Happiness Guesthousu Boudhanath, suasananya lebih syahdu daripada di Thamel. Dan disini juga banyak resto enak. Saya nginap di Boudhanath 3 hari dan di Thamel semalam.

      Hapus