Senin, 29 Juni 2015

NGABUBURIT DI NAMBA PARK



Siang itu suasana di Osaka sangat panas, baca di aplikasi cuaca suhu real feel nya mencapai 42 derajat celcius. "Ahh, ini puasa terpanas seumur hidup saya". Sengaja saya berlama-lama di mall bawah tanah Namba City sampai cuaca panas diluar berkurang.

Tujuan ngabuburit saya sore ini adalah ke Namba Park, eits ini bukan Park (Taman) biasa tapi mall terbuka dengan konsep taman gantung seperti di Babylonia. Awalnya saya melihat tempat ini hanya dari majalah. Bangunan ini dirancang oleh Jon Jerde, Arsitek Amerika spesialis bangunan publik seperti Mall dan selesai dibangun tahun 2009. Sudah banyak karyanya tersebar diseluruh dunia, di Jepang sendiri ada tiga karya besarnya yaitu Canal City Hakata di Fukuoka, Roppongi Hills di Tokyo dan Namba Park di Osaka.

Namba sendiri adalah salah satu pusat keramaian di Osaka Selatan, disini banyak berdiri gedung perkantoran dan pusat hiburan. Stasiun Namba merupakan hub dari beberapa jalur kereta bawah tanah yang ada di Osaka, jadi semua line terhubung disini. Saking luasnya stasiun ini sampai dibangun mall bawah tanah Namba City untuk menghubungkan satu stasion ke stasion lain di kawasan ini.

Saya sempat bingung waktu keluar dari Stasiun Namba Yotsubashi naik kereta dari arah Abeno Harukas, "loh kok masih harus jalan kaki lagi". Ternyata ya memang luas, yang paling besar dan paling dekat dengan Namba Park adalah stasiun Nankai Namba.

setelah berjalan cukup jauh akhirnya sampai juga di depan Namba Park. Dari luar memang terlihat sekali khas bangunan Jerde, entah kenapa saya merasa itu dari sirkulasi yang dia buat. Masuk ke dalam kompleks mall ini seperti masuk kedalam celah-celah Antelope Canyon di Arizona, hembusan angin yang melewati celah-celah ini mampu mengurangi panas cuaca Osaka. "Wah, terasa sekali sirkulasi udara nya". Jon Jerde memang menggunakan kombinasi 3 elemen dalam merancang tempat ini : Mall, Taman dan Sirkulasi. Konsep kota dalam kota juga sangat terasa karena ada plasa di tengah Mall yang terbuka dan menjadi tempat orang untuk berkumpul, termasuk saya sendiri.

Foto di depan 


Sirkulasi

Plasa Utama

Sirkulasi 

Antelope Canyon, Arizona


Tiba-tiba saya kebelet pengen ke kamar mandi, lalu berjalan menuju toilet yang ada di dalam Mall dekat plasa. Oke ritual pembuangan sudah saya lakukan... nah giliran cebok...... "hah, tulisannya tombolnya semua pakai huruf jepang" saya lupa kalau kloset di Jepang saking canggihnya malah sulit digunakan. Duh coba tombol satu yang keluar malah suara tepuk tangan, tekan tombol yang satunya lagi akhirnya semprotan cebok keluar... setelah bersih-bersih saya bingung untuk flush ... "nah, sekarang mana nih tombol flush... hmmm mungkin yang ini" akhirnya terdengar suara flush air...... "eh tunggu dulu, ternyata itu hanya suara flush saja, suara kamuflase sama dengan suara tepuk tangan"... "ini kotorannya belum ilang"... saya pencet semua tombol yang ada malah terdengar macam-macam suara. Ah daripada terdengar aneh saya keluar saja dari kamar mandi dengan asumsi kalau kloset ini canggih dan ada sensornya yang bisa flush otomatis ketika orangnya keluar. "mudah-mudahan gak ada orang yang langsung masuk kamar mandi".

Kira-kira seperti ini klosetnya


Begitu keluar saya langsung mengajak teman saya untuk pergi ke rooftop mall dengan alasan mau melihat sunset, padahal malu takut ketahuan tentang kejadian di kamar mandi barusan.

Diatas mall ternyata ada amphiteatre luas. Disini banyak keluarga yang menghabiskan sore dengan keluarganya, dan saya pun menikmati pemandangan sore ini sambil melihat gedung Park Tower dan Swissotel Tower di sebelah Namba Park.


Rooftop Namba Park

Pemandangan dari Amphitheatre


Setelah beberapa lama di amphiteatre saya berjalan kearah hutan buatan yang ada di sebelah. Ternyata pemandangan disini lebih menakjubkan, hutan buatan ini dibuat seolah-olah saya lupa kalau saya sedang berada diatas mall, sangat alami sekali dan banyak pohon rindang disini. Menurut saya disinilah keajaiban Jon Jerde dalam merancang mall, dia membuat segalanya terlihat alami dengan berbagai kejutan ruang dan sirkulasi. Hutan buatan ini dibuat berundak-undak semakin turun kebawah dan mengarahkan ke gedung parkir Stasiun Nankai dan Takashimaya di sebelahnya.

Jalan menuju hutan di atas gedung

Hutan di atas gedung

Hutan di atas gedung

Sunset di hutan atas gedung, 

menjelang maghrib



Pengalaman ruang di Namba Park ini menjadi inspirasi saya kelak kalau dapat kesempatan untuk merancang mall. Tapi saya mungkin tidak akan memasang kloset canggih seperti di Namba Park, semoga ada petugas kebersihan yang cepat tanggap menyiram bekas kotoran saya didalam barusan.

Langit sudah gelap dan sepertinya waktu berbuka puasa sudah tiba, saya mencari vending machine dan membeli sekaleng Calpis untuk mengurangi dahaga selama puasa hari ini, sekarang waktunya jalan kaki lagi mencari kedai makan di Dotonburi.




Osaka 18 Juli 2014











Sabtu, 27 Juni 2015

SUKIYA, KEDAI GYUDON 24 JAM


Saur disaat musim panas di Jepang memang serba nanggung, sekitar jam setengah dua subuh harus cari makanan keluar karena imsak sekitar jam 2 subuh. Geliat aktivitas di Jepang semuanya berhenti jam 12.00 malam, jadi diatas tengah malam suasana kota tiba-tiba seperti kota mati dengan jalanan yang sepi, kecuali sesekali ada orang mabuk yang ketinggalan bus dan dia harus jalan kaki untuk pulang ke rumah. jadinya saya merasa sedikit malas untuk mencari makan.

Selama di Kyoto saya tinggal di rumah kawan di daerah Katsura dan kebetulan sekali di depannya ada cabang Sukiya, kedai gyudon 24 jam yang enak dan murah, jadi tidak terlalu khawatir untuk mencari makanan sahur.

Sukiya di Katsura jam 01.30 subuh

Sukiya adalah chain restaurant gyudon terbesar di Jepang, bersaing dengan Yoshinoya. Keduanya menyajikan menu yang hampir mirip yaitu Gyudon atau nasi daging. Awal mula Sukiya berdiri di kota Yokohama dengan slogan "save time and money". Ya karena konsep fastfood murah nya kini Sukiya mempunyai 1.856 cabang di seluruh perfecture di Jepang dan di beberapa negara di dunia, termasuk cabangnya di Jakarta. Saya sendiri lebih suka Sukiya daripada Yoshinoya karena rasanya lebih enak dan rasa ocha aroma kopi nya bikin kangen.



Suasana di dalam restaurant. Sepi, dan kalau malem yang kerja disini adalah mahasiswa


Yang lebih penting dari Sukiya adalah harganya yang murah untuk seukuran Jepang. Hanya sekitar 30 ribuan rupiah udah bisa dapat nasi + daging + minum dengan kalori yang cukup untuk Puasa seharian.  Ini bisa jadi referensi tempat makan juga untuk teman-teman yang sedang berlibur ke Jepang saat bulan puasa karena tempat ini menjadi favorit saya untuk bersahur sekaligus berbuka.

Menu Sukiya lengkap dengan pilihan kalorinya

Untuk masalah Halal yahh kalau saya berprinsip selama pesannya daging sapi Insha Allah Halal, tapi kalau konsepsi Halal nya adalah daging sapi yang disembelih dengan doa dan bersertifikasi Halal dari Majelis Ulama Jepang, ya susah juga sih sengaja cari restaurant halal subuh-subuh, mending sahur pake nasi + timun saja...

Jadi tips dari saya kalau mau berlibur ke Jepang dalam waktu yang lama tapi ingin makan enak dengan harga murah, cari tempat tinggal yang dekat dengan cabang Sukiya :)



Kyoto, 22 Juli 2014